Para perajin tahu dan tempe di DKI Jakarta tengah mengeluhkan kenaikan harga kedelai yang terlalu tinggi. Sebab, hal ini berdampak pada bisnis tahu dan tempe mereka yang bergantung pada bahan baku kedelai.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin mengungkapkan alasan di balik mahalnya harga kedelai akhir-akhir ini. Menurut dia, kenaikan harga terjadi karena mengikuti harga pasar internasional.
Sebab, sekitar 80 persen lebih kebutuhan kedelai di Indonesia ditutup oleh impor dari Amerika Serikat, Brasil, dan beberapa negara lainnya. Sementara kurang dari 20 persen dipenuhi oleh produksi lokal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini membuat harga kedelai impor di dalam negeri sangat bergantung pada pergerakan harga kedelai di pasar internasional. Lebih lanjut, Aip mengatakan kenaikan harga kedelai di pasar dunia terjadi karena China memborong produksi kedelai AS.
"Pembeli terbesar kedelai di dunia adalah China, yakni sekitar 70 juta ton per tahun. Negara produsen semua jual ke China karena mereka beli yang grade-nya bagus," kata Aip kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (2/1).
Aip menduga permintaan kedelai dari China meningkat karena ketegangan hubungan dagang antara AS dan negeri tirai bambu itu mulai mereda. Hal ini membuat China kembali memborong produk-produk kedelai dari negeri Paman Sam.
"Beda dengan saat perang dagang, pembelian berkurang, jadi stok melimpah dan harga murah. Sekarang stok sedikit," tuturnya.
Atas kondisi ini, Gakoptindo mengusulkan kepada Kementerian Pertanian agar meningkatkan produk kedelai dalam negeri. Sebab, hampir semua kedelai untuk bahan baku tahu dan tempe diimpor pada saat ini.
Pada 2019, misalnya, Indonesia mengimpor 2,63 ton kedelai untuk tahu dan tempe. Sedangkan kedelai lokal hanya sekitar 400-500 ribu ton.
Hal ini membuat pengusaha tahu dan tempe Indonesia rentan terdampak fluktuasi harga kedelai.
"Kami sudah minta ke Kementan untuk jangka panjang tingkat produksi. Ini lah momentumnya. Karena kalau kedelai impor naik tinggi pasti produsen lebih memilih kedelai lokal daripada impor," ucapnya.
Lebih lanjut, para pengusaha tahu dan tempe pun menggelar aksi mogok produksi atas tingginya harga kedelai saat ini. Aksi mogok produksi dilakukan pada 1-3 Januari 2021.
(uli/dea)