Muhammadiyah Desak Pemerintah Atasi Polemik Harga Tahu Tempe

CNN Indonesia
Senin, 04 Jan 2021 15:37 WIB
PP Muhammadiyah menilai kenaikan harga tahu tempe yang berlarut dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menekan kesejahteraan produsen.
PP Muhammadiyah menilai kenaikan harga tahu tempe yang berlarut dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menekan kesejahteraan produsen. Ilustrasi. (iStockphoto/alvarez).
Jakarta, CNN Indonesia --

PP Muhammadiyah meminta pemerintah segera membenahi masalah kenaikan harga tahu dan tempe yang disebabkan oleh mahalnya harga kedelai di dalam negeri. Pasalnya, masalah ini akan berdampak langsung pada kesejahteraan dan ekonomi masyarakat.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas. Menurutnya, kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuat tahu dan tempe akan mengerek biaya produksi dan harga kedua bahan pangan tersebut. Imbasnya, daya beli masyarakat menurun.

"PP Muhammadiyah meminta pemerintah untuk secepatnya mengatasi masalah ini agar dunia usaha dan kehidupan ekonomi masyarakat kembali menggeliat serta tidak ada yang dirugikan," ungkap Anwar kepada awak media melalui pesan singkat, Senin (4/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini, sambungnya, berpotensi menurunkan pembelian masyarakat terhadap tahu dan tempe. Dampaknya, pendapatan dan keuntungan produsen dan pedagang tahu tempe berpotensi ikut tergerus.

Kondisi ini akan menurunkan tingkat kesejahteraan para produsen dan pedagang tahu tempe. Begitu juga masyarakat sebagai konsumen.

"Juga kepada warga masyarakat karena mereka tidak lagi mampu membeli sesuai dengan kebutuhan pokoknya," katanya.

Di sisi lain, Anwar meminta apabila ada oknum yang melakukan praktik usaha tidak sehat untuk segera ditindak. Misalnya, melakukan penimbunan atau spekulasi dalam bentuk lain.

"Muhammadiyah meminta pemerintah untuk menindak mereka dengan tegas dan menggiring mereka ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman yang sesuai dengan besar dan dampak buruk dari kesalahannya," ujarnya.

Sebelumnya, Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) memang sudah menaikkan harga tahu dan tempe di masyarakat seiring kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku utama kedua bahan pangan itu. Kenaikan terjadi sekitar 10 persen sampai 20 persen.

Namun, menurut Ketua Umum Gakoptindo Aip Syaifuddin, kenaikan itu tidak diamini secara kompak oleh seluruh pengusaha tahu dan tempe di pasar. Sebagian pengusaha, katanya, justru tetap menjual tahu dan tempe dengan harga normal agar dagangan tetap laku.

"Tapi ternyata yang ambil kesempatan itu juga kewalahan karena harga kedelai naik terus. Akhirnya rapat lah Puskopti di berbagai daerah mereka meminta mogok produksi supaya kompak atau sepakat semua," ucap Aip kepada CNNIndonesia.com.

Hal ini kemudian membuat para perajin tahu tempe berniat mogok produksi pada awal tahun. Kondisi ini sempat menimbulkan penurunan stok tahu dan tempe di pasar.

Kendati begitu, Aip mengatakan produksi sudah mulai berlangsung lagi pada saat ini. Stok tahu dan tempe di pasar pun tersedia lagi untuk masyarakat.

Hanya saja, ada kenaikan harga tempe sekitar 25 persen per hari ini. Rinciannya, harga tahu dan tempe ukuran kecil naik dari Rp4.000 menjadi Rp5.000 per kemasan.

Sementara harga tahu dan tempe ukuran besar naik dari Rp8.000 menjadi Rp10 ribu per kemasan.

"Per hari ini sudah mulai naik, mungkin sudah (diterapkan) 90 persen (di Indonesia). Kami sudah mulai produksi dan distribusi ke pasar-pasar, jadi tahu tempe sudah mulai ada lagi," kata Aip.

[Gambas:Video CNN]



(uli/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER