Jepang melalui Kedutaan Besar Jepang di Indonesia mengingatkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membentuk konsorsium bersama dalam pengerjaan Pelabuhan Patimban. Upaya ini menindaklanjuti pembentukan konsorsium antar perusahaan nasional yang dilakukan akhir tahun lalu.
"Kami berharap agar konsorsium Jepang dan Indonesia dapat segera membentuk Indonesia-Jepang joint operator seperti yang disepakati Presiden Indonesia dan Perdana Menteri Jepang," ujar Menteri Bidang Ekonomi di Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia Tadayuki Miyashita saat Public Expose Pelabuhan Patimban yang dipublikasikan secara virtual, Kamis (7/1).
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan sudah menentukan empat perusahaan di dalam negeri yang memenangi tender pembangunan Pelabuhan Patimban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka adalah PT CT Corp Infrastruktur Indonesia, PT Indika Logistic & Support Services, PT U Connectivity Services, dan PT Terminal Petikemas Surabaya.
Selanjutnya, mereka membentuk konsorsium usaha untuk mengerjakan proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Pelabuhan Patimban.
Hal ini tertuang di Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KP.910/DJPL/2020 terkait Penetapan Hasil Penunjukan Langsung Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek KPBU Pelabuhan Patimban.
Konsorsium ini akan melaksanakan proyek KPBU Patimban selama 40 tahun sejak tanggal operasi tahap pertama. Konsorsium akan membangun proyek dengan persetujuan biaya modal mencapai Rp18,9 triliun dan biaya operasional Rp64,3 triliun.
Menurut Miyashita, pembentukan konsorsium selanjutnya antara Indonesia-Jepang sangat penting agar pembangunan Pelabuhan Patimban dapat dibangun secara lebih efisien dan efektif. Selain itu, dapat mempercepat penyelesaian pembangunan pelabuhan.
Dengan begitu, proyek ini akan memberikan manfaat ekonomi yang lebih cepat pula bagi Indonesia. Ia juga menilai Pelabuhan Patimban nanti akan meningkatkan sektor kelogistikan Indonesia.
Termasuk juga meningkatkan kinerja ekspor dan investasi, serta memberikan kesempatan pengembangan teknologi di bidang infrastruktur dan penciptaan lapangan kerja bagi sumber daya manusia (SDM).
"Ini akan meningkatkan daya saing ekspor, mengurangi biaya dan waktu melalui manajemen yang efisien dan meningkatkan ekspor," jelasnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi ekspor yang sangat besar. Sayangnya, hal ini tak sepenuhnya didukung dengan sektor kelogistikan yang kuat.
Hal ini yang kemudian menjadi alasan Jepang mau masuk ke proyek pembangunan Pelabuhan Patimban.
"Indonesia belum mampu mencapai ekspor yang sepadan dengan potensinya karena kemampuan logistik yang belum kuat. Pelabuhan bisa menjadi terobosan untuk sektor kelogistikan dan investasi ke depan," tuturnya.
Senada, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meyakini pembangunan Pelabuhan Patimban akan meningkatkan kinerja ekspor dan kelogistikan Indonesia. Ia menargetkan waktu bongkar muat atau dwelling time bisa lebih cepat jadi kurang dari dua hari dengan kehadiran Patimban nanti.
Kehadiran Patimban yang terintegrasi dengan pelabuhan dan kawasan industri di sekitarnya juga dinilai bisa memangkas biaya angkut, bongkar muat, dan distribusi melalui truk. Sebab, Patimban didukung dengan akses pelabuhan, bandara, hingga jalan tol.
"Pengurangan biaya trucking dan dwelling time ini, maka efisiensi biaya logistik nasional akan signifikan," jelasnya.
Budi Karya juga mengamini bahwa Patimban bisa menciptakan kesempatan kerja bagi jutaan tenaga kerja di Indonesia. Tapi, pemenuhannya akan bertahap karena target operasional penuh Patimban baru pada 2027.