Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit mengklaim berbagai negara dunia dari Turki hingga Rusia melirik untuk masuk dalam program dana abadi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) RI. Khususnya, untuk proyek jalan tol.
"Yang cukup menarik adalah siapa target investor asing ini. Saat ini ada beberapa negara yang tertarik masuk ke Indonesia. Ada Turki, Rusia, Hungaria," ungkap dia pada konferensi pers daring, Jumat (8/1).
Namun, Danang belum dapat menyebut proyek mana saja yang sudah dilirik ketiga negara tersebut. Saat ini, ia menyebut BPJT masih mempersiapkan kelengkapan data pendukung untuk diberikan kepada calon investor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:BPJT Ungkap Alasan Waskita 'Jual' Jalan Tol |
Meski kerja sama bisa saja dilakukan lewat skema lain di luar SWF, namun ia menilai pendanaan baru ini akan menjadi angin segar bagi perusahaan negara yang selama ini ingin menjual kepemilikan ruas jalan tol.
Sebut saja, PT Waskita Karya (Persero) Tbk atau WSKT yang sudah 'ngebet' ingin menjual kepemilikannya guna melakukan ekspansi ke depannya.
WSKT berencana melepas sebagian asetnya pada 2021-2022. Pada 2021, perseroan menargetkan penjualan 9 ruas tol dengan nilai mencapai Rp11 triliun.
Lebih lanjut, ia menyebut kerja sama tidak hanya dilakukan dalam bentuk jual-beli atau pendanaan, melainkan juga lewat investasi konstruksi dengan mendatangkan ahli konstruksi ke Indonesia.
Lihat juga:Tarif Tol Jakarta-Cikampek Naik Bulan Ini |
"Kami happy (senang) ruas tol ini menarik perhatian investor luar negeri, ada banyak negara dari berbagai background (latar belakang). Ada yang memiliki kapabilitas finansial, ada juga di bidang konstruksinya," imbuhnya.
Dia optimistis, investasi akan kian gencar di tahun ini. Pasalnya, di tengah pandemi saja pada 2020 lalu, terjadi pertumbuhan investasi sebesar 5,5 persen, khusus untuk proyek jalan tol.
Rincinya, investasi pada 2020 secara nasional tercatat sebesar Rp729,54 triliun, naik dari 2019, yakni Rp691,43 triliun. Namun, dari angka tersebut, porsi investasi asing atau foreign direct investment (FDI) masih minim, yaitu Rp9,9 triliun baik untuk 2019 maupun 2020.
"Ini karena kondisi tak menentu covid-19 jadi FDI sangat terbatas masuk ke Indonesia, kami akan terus dorong keyakinan investor," pungkasnya.