Pemerintah Jajaki Peluang Ekspor Listrik ke Singapura

CNN Indonesia
Selasa, 19 Jan 2021 16:55 WIB
Kementerian ESDM menjajaki peluang ekspor listrik ke Singapura. Itu dilakukan untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan listrik.
Pemerintah tengah menjajaki kemungkinan ekspor listrik ke Malaysia demi mengatasi kelebihan pasokan. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Saptono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah akan menjajaki peluang ekspor listrik ke Singapura. Itu dilakukan untuk mengatasi kelebihan pasokan listrik di Indonesia.

Namun, ia mengatakan Indonesia perlu menyiapkan infrastruktur interkoneksi antar pulau terlebih dahulu agar pengiriman setrum dari tempat yang surplus listrik di Indonesia dapat dilakukan ke Singapura.

"Kami lihat juga potensi Singapura. Singapura perlu impor listrik. Kami akan jajaki, bisa nggak kita ekspor listrik. Kami akan sambung dari Jawa-Sumatra, Sumatra-Riau, Riau ke Singapura," ucapnya dalam rapat bersama komisi VII, Selasa (19/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya Singapura, pemerintah juga mencoba mengekspor listrik ke Malaysia lewat Penisular.

"Kami juga masuk ke Asean Grid dari Sumatra-Peninsular Malaysia, ini juga sedang dalam proses penjajakan," imbuhnya.

Arifin menjelaskan pertumbuhan konsumsi listrik terkontraksi cukup dalam akibat pandemi covid-19. Meski demikian, setiap tahun Indonesia tetap merencanakan proyek pembangkit baru untuk menghadapi meningkatnya permintaan ketika ekonomi mulai pulih.

Sayangnya, Indonesia belum memiliki jaringan antar pulau sehingga pasokan tak dapat terdistribusi ke beberapa pulau di Indonesia yang kekurangan listrik.

[Gambas:Video CNN]

Kondisi ini pula yang menyebabkan Indonesia masih mengimpor listrik dari Malaysia pada tahun lalu. Sebagai informasi, Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM beberapa waktu lalu menyebut Indonesia masih impor listrik dari Malayasia.

Itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan setrum di dalam negeri yang kurang. Mereka mencatat rasio impor listrik yang dilakukan ke Malaysia itu mencapai 0,54 persen dari total kebutuhan.

Itu setara dengan 100-120 Megawatt (MW). Ia menambahkan listrik tersebut berasal dari pembangkit milik BUMN Malaysia, SESCO.

Listrik impor kemudian ditransmisikan ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Kalimantan Barat.

"Kami sedang memikirkan apa upaya kita untuk mengatasi bottle neck ini, antara lain kita akan mempercepat adanya program interconnectivity antar pulau. Bisa nggak kita sambung daerah lebih ke daerah kurang sehingga listrik bisa tersambung," sambung Arifin.

Di luar ekspor listrik, pemerintah juga tengah mengkaji peluang untuk merelokasi pembangkit yang ada di tempat kelebihan pasokan ke wilayah yang defisit pasokan listrik.

"Kami kaji relokasi daripada eksisting pembangkit, contohnya pembangkit-pembangkit yang sudah tua atau berusia di atas 20 tahun 25 tahun. Mungkin gak ini untuk bisa direlokasi ke tempat-tempat yang membutuhkan antara lain tempat-tempat yang memang memiliki potensi industri smelter," tandasnya.

(hrf/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER