Menteri BUMN Erick Thohir menyebut tekanan ekonomi di tengah pandemi corona membuat sejumlah perusahaan pelat merah memiliki beban utang tinggi dan perlu segera direstrukturisasi. BUMN-BUMN tersebut, yakni BUMN karya, termasuk juga PT Perkebunan Nusantara (Persero) alias PTPN.
"Yang kami lihat BUMN karya-karya ini sekarang suka tidak suka pembangunannya membutuhkan dana sangat besar, tapi karena situasi covid-19, penurunannya sangat signifikan," ujar Erick saat rapat bersama Komisi VI DPR di Gedung DPR/MPR, Rabu (20/1).
Hal ini kemudian membuat para BUMN karya memiliki beban utang yang cukup tinggi. Kondisi ini menambah beban pemerintah, khususnya Kementerian BUMN untuk 'putar otak' mengatasi beban utang melalui restrukturisasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Erick Thohir Rombak Dewan Komisaris Askrindo |
"Akibatnya ada perusahaan-perusahaan yang sejak awal mempunyai utang yang cukup tinggi, ini juga harus direstrukturisasi," katanya.
Sayangnya, Erick enggan memaparkan secara rinci siapa saja BUMN karya yang punya beban utang tinggi dan perlu direstrukturisasi itu. Ia juga tidak menyebut berapa besar beban utangnya.
Tak hanya para perusahaan negara di bidang konstruksi, Erick mengatakan BUMN lain yang juga punya beban utang tinggi adalah PTPN. "PTPN memiliki nilai utang cukup besar Rp40 triliun lebih," imbuhnya.
Erick juga sempat menyinggung PT KAI (Persero). Namun, ia tidak menyebut secara spesifik apakah KAI juga punya utang tinggi dan perlu direstrukturisasi atau tidak.
"Bisa lihat KAI, hari ini hanya ada 15 persen penumpang (dari kapasitas total)," imbuhnya.
Terkait kondisi ini, Erick mengaku akan berusaha mencari sumber-sumber pendanaan untuk menolong para perusahaan negara.
Solusinya beragam, mulai dari suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN), melakukan penghimpunan dana melalui skema penerbitan saham baru alias rights issue, hingga lainnya.
"Atau apapun itu, ini yang terus kita lakukan di 2021. Corporate action juga harus kita lakukan, salah satunya kemarin memperkuat dengan merger bank-bank syariah," tuturnya.
Selain itu, ia juga memberi sinyal akan melakukan transformasi bisnis di masing-masing BUMN. Contohnya, PT BRI (Persero) Tbk yang diarahkan untuk mengurangi porsi penyaluran kredit ke sektor korporasi.
"BRI sendiri kita sudah restrukturisasi di mana BRI untuk korporasinya sangat kecil 20 persen, tapi 80 persen harus ke ultra mikro dan UMKM," jelasnya.
Terakhir, Erick juga mau memperketat manajemen risiko di masing-masing perusahaan.