Harga minyak ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (26/1) waktu Amerika Serikat. Mengutip Antara, Rabu (27/1), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret mengakhiri sesi dengan kenaikan tipis tiga sen atau 0,05 persen ke US$55,9 per barel.
Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret turun 16 sen atau 0,3 persen, menjadi US$52,61 per barel.
Meningkatnya kematian akibat covid-19 telah memicu kekhawatiran tentang prospek permintaan global yang melemah. Sebagai informasi, Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, telah melampaui satu juta kasus covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara jumlah kematian di Inggris melampaui 100 ribu orang ketika pemerintah berjuang mempercepat vaksinasi dan menekan penularan varian virus baru corona.
"Angka covid-19 yang besar, perebutan vaksin, dan ketidakpastian seputar rencana stimulus Biden, semuanya menekan harga (minyak)," kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Securities AS, Robert Yawger.
Tak hanya peningkatan kasus, negosiasi stimulus fiskal AS sebesar US$1,9 triliun yang diperkirakan lebih lama dari perkiraan juga memberi sentimen negatif terhadap harga minyak.
Partai Demokrat hingga kini masih berusaha meyakinkan anggota parlemen Republik tentang perlunya lebih banyak stimulus, dan menimbulkan pertanyaan tentang kapan dan dalam bentuk apa paket akan disetujui.
Tetapi pelemahan yang terjadi akibat sentimen tersebut tertahan oleh laporan ledakan di Arab Saudi. Itu memicu kekhawatiran pasar atas terjadinya gangguan pasokan minyak.
Maklum, Arab merupakan negara pemasok minyak terbesar di dunia. Pelemahan juga tertahan ketegangan geopolitik setelah dua supertanker dengan awak kapal dari Iran dan China ditangkap pada Minggu (24/1) di perairan Indonesia karena dugaan transfer minyak ilegal.
"Harga kemungkinan akan bertahan jika penyitaan kapal oleh Indonesia diselesaikan dengan cepat dan jika ledakan hari ini di Arab Saudi terbukti merupakan insiden terisolasi yang tidak meningkatkan ketegangan regional, akibatnya tidak mempengaruhi produksi minyak," terang Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.