Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bakal menerapkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mendeteksi lubang dan retak di Tol Trans Jawa.
Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan itu dilakukan karena selama ini pihaknya mendapat banyak keluhan soal lubang dan jalan retak dari masyarakat di ruas tol tersebut.
"Dengan panjang yang sedemikian besar, kami tidak mungkin lagi melakukan proses ini secara manual. Oleh karena itu kita bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk menggunakan teknologi kecerdasan buatan," ucapnya dalam video conference, Selasa (2/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pengadaan teknologi tersebut, lanjut Danang, pihaknya telah menggandeng Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia berharap teknologi tersebut akan memudahkan BPJT mengidentifikasi semua risiko kerusakan jalan lebih awal.
"Rencana kami tahun ini kami akan terapkan di ruas dari Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, dan juga nantinya juga di Cikopo-Palimanan maupun Tangerang-Merak," imbuhnya.
Selain kecerdasan buatan, untuk prediksi lubang dan retak, BPJT juga akan mulai menerapkan teknologi Weight in Motion (WIM). Ia mengatakan teknologi tersebut diterapkan terkait target program zero over dimension and over loading (ODOL) pada 1 Januari 2023.
"Pada tanggal tersebut di jalan nasional maupun jalan tol sudah tidak ada lagi kendaraan yang berdimensi lebih atau bermuatan lebih," imbuhnya.
Teknologi WIM sendiri berupa perangkat atau sistem timbangan yang dapat mengukur beban kendaraan dalam keadaan bergerak. Timbangan yang dimaksud berupa batang sensor yang dapat mengirimkan sinyal berat ke dalam boks data.
"Apabila mereka (pengguna jalan) melanggar, akan diberikan penalti berupa tarif lebih atau dikeluarkan dari jaringan jalan tol kita. Ini sedang kami uji coba, perkiraan kami Maret nanti kami akan mendapatkan data pertama hasil uji coba tersebut," pungkasnya.