Bos BRI Ungkap Alasan di Balik Merger Holding Ultra Mikro

CNN Indonesia
Rabu, 03 Feb 2021 11:10 WIB
Direktur Utama BRI Sunarso menyebut pembentukan holding BUMN Ultra Mikro dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Berikut rinciannya.
Direktur Utama BRI Sunarso menyebut pembentukan holding BUMN Ultra Mikro dilakukan dengan beberapa pertimbangan. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Utama PT BRI (Persero) Tbk Sunarso membeberkan beberapa alasan di balik keputusan membentuk holding BUMN Ultra Mikro antara BRI, PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) alias PNM.

Pertama, tingginya jumlah masyarakat yang belum terjamah pembiayaan baik formal maupun non-formal. Data yang dimilikinya sampai dengan 2018 lalu masih ada 18 juta masyarakat yang membutuhkan pendanaan namun belum memiliki akses pinjaman.

Dengan dibentuknya holding Ultra Mikro, Sunarso menyebut pemerintah akan membentuk ekosistem pinjaman yang dapat menjangkau masyarakat lebih luas tanpa meninggalkan spesialisasi masing-masing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya membidik mereka yang belum memiliki akses ke pendanaan, namun ia menyebut pemerintah juga ingin memberikan pinjaman kepada masyarakat yang masih mengandalkan rentenir untuk memenuhi kebutuhan modal mereka.

Dari survei yang dilakukan BRI, hingga 2018 masih ada sekitar 5 juta masyarakat yang menggunakan jasa rentenir. Sunarso menyebut jika dikalkulasi bunga yang harus dibayar masyarakat atas pinjaman dari rentenir itu mendapai 100-150 persen.

Kedua, pemerintah khawatir Pegadaian akan kehilangan pangsa karena tergerus pinjaman online yang bisa memberikan akses pembiayaan cepat tanpa harus menjaminkan barang .

Dia menyebut jika melebur nantinya, Pegadaian akan semakin kuat karena disokong oleh likuiditas dari BRI. Dengan itu, ia berharap Pegadaian bisa fokus pada penyaluran pinjaman ke masyarakat.

[Gambas:Video CNN]

"Maka pasar gadai sendiri jadi niche market (pasar terbatas) yang pertumbuhannya terbatas. Kalau mau bertahan harus ikutan ke fidusia dan bahkan fintech. Saya ngomong seperti ini karena pernah di Pegadaian," jelasnya pada rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (2/2).

Ketiga, langkah itu akan membuat BUMN lebih efisien dari segi biaya dana (cost of fund). Sunarso mengatakan hingga saat ini, sumber pendanaan Pegadaian dan PNM berasal dari instrumen utang yang memiliki bunga di atas 5 persen.

Sementara, BRI memiliki kelebihan likuiditas. Untuk second reserve, ia mengatakan BRI memiliki cadangan sebesar Rp150 triliun.

Itu ditempatkan di pasar keuangan dengan imbal (yield) 3 persen.

Jika PNM dan Pegadaian disuntik likuiditas dari BRI, maka bunga pinjaman yang diberikan kepada masyarakat pun otomatis akan menurun.

"Keuntungan pertama mengefisienkan cost of fund. Kedua mengefisienkan biaya operasional karena jaringannya bisa digunakan bersama-sama," terangnya.

(wel/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER