Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi minus 2,07 persen sepanjang 2020. 10 dari 17 sektor ekonomi menyumbang kontribusi negatif. Paling parah ialah sektor transportasi dan pergudangan yang tercatat minus 15,04 persen.
Diikuti, sektor akomodasi dan makan yang mencapai minus 10,22 persen pada 2020. Padahal, pada 2019 lalu, sektor ini masih tumbuh 5,79 persen.
"Akomodasi dan makan minum turun karena tingkat penghunian kamar hotel minus 39,75 persen, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara minus 75,03 persen, dan tutupnya sejumlah hotel dan restoran selama pandemi covid-19," tutur Kepala BPS Suhariyanto menjabarkan dalam konferensi pers, Jumat (5/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, industri pengolahan tercatat minus 2,93 persen, perdagangan minus 3,72 persen, konstruksi minus 3,26 persen, pertambangan dan penggalian minus 1,95 persen.
Lalu, sektor jasa lainnya minus 4,1 persen, jasa perusahaan minus 5,44 persen, serta pengadaan listrik dan gas minus 2,34 persen. "Hanya ada tujuh sektor yang masih tumbuh positif," imbuh Suhariyanto.
Beberapa sektor yang positif tersebut, antara lain pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 1,75 persen, jasa keuangan dan asuransi naik 3,25 persen, informasi dan komunikasi naik 10,58 persen, termasuk jasa pendidikan naik 2,63 persen.
Lalu, sektor real estate naik 2,32 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial naik 11,6 persen, serta pengadaan air naik 4,94 persen.
"Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial naik tinggi 11,6 persen karena pencairan pembayaran insentif covid-19 untuk tenaga kesehatan, peningkatan pendapatan rumah sakit untuk pelayanan covid-19," jelas Suhariyanto.
Dari sisi kontribusinya, ia menambahkan sektor transportasi dan pergudangan menjadi sumber kontraksi ekonomi terdalam, yakni minus 0,64 persen.
Lalu, sumber kontraksi lainnya berasal dari industri pengolahan sebesar minus 0,61 persen, perdagangan minus 0,49 persen, dan konstruksi minus 0,33 persen.