Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi minus Indonesia pada tahun lalu menjadi yang pertama sejak krisis ekonomi 1998 silam. Ketika itu, ekonomi tercatat minus 13 persen.
"Sejak 1998 untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi terkontraksi," ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Jumat (5/2).
Suhariyanto menjelaskan kontraksi ekonomi Indonesia pada 2020 disebabkan covid-19. Pandemi itu telah melumpuhkan seluruh sektor ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, krisis pada 1998 terjadi karena sektor moneter atau keuangan. Artinya, sektor yang terdampak hanya keuangan, sedangkan krisis yang terjadi pada tahun lalu berpengaruh ke seluruh kegiatan ekonomi.
Sementara, jika dilihat dari pengeluaran, mayoritas indikator mencatatkan minus sepanjang 2020.
Rinciannya, konsumsi rumah tangga terkontraksi 2,63 persen, konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) terkontraksi 4,29 persen, investasi terkontraksi 4,95 persen, ekspor terkontraksi 7,7 persen, dan impor terkontraksi 14,71 persen.
"Seluruh komponen tumbuh negatif kecuali konsumsi pemerintah," kata Suhariyanto.
Pada tahun lalu, konsumsi pemerintah naik 1,94 persen. Meski begitu, angkanya tetap saja melambat dari 2019 yang tumbuh 3,26 persen.
"Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah disebabkan perlambatan pertumbuhan belanja pegawai pada 2020. Belanja pegawai tumbuh 1,18 persen, pada 2019 tumbuh 8,49 persen," jelas Suhariyanto.
Secara keseluruhan, investasi menjadi sumber kontraksi ekonomi terdalam, yakni minus 1,63 persen. Lalu, konsumsi rumah tangga yang menyumbang kontraksi sebesar minus 1,43 persen.