Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengarah pada proses pemulihan, meski masih terkontraksi 2,19 persen (yoy) pada kuartal IV 2020.
Pasalnya kontraksi tersebut lebih baik dibandingkan kuartal II dan III 2020 yang mencapai -5,32 persen (yoy) dan -3,49 persen (yoy).
"Artinya, pemerintah terus mendorong agar ekonomi kita pulih dalam waktu yang cepat baik dari sisi supply maupun demand," ujar Arif dalam keterangan resmi, Jumat (5/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Arif, kontraksi terjadi lantaran dampak pandemi menghantam perekonomian domestik dari sisi konsumsi dan investasi. Pandemi juga menggoyahkan perekonomian global yang berimbas pada turunnya kegiatan perdagangan internasional.
Dampak pandemi masih terasa pada kuartal IV 2020 ketika agenda tahunan seperti Natal dan Tahun Baru tidak cukup kuat dalam menggerakkan ekonomi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Namun, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang utama seperti Singapura yang minus 5,8 persen, Amerika Serikat negatif 3,5 persen, dan Uni Eropa yang mencapai turun 6,4 persen, maka kondisi ekonomi Indonesia relatif lebih baik.
Arif juga menilai prospek ekonomi Indonesia 2021 akan lebih baik dibandingkan tahun lalu meski pandemi covid-19 masih terjadi.
Faktor penanganan kesehatan yang lebih siap, vaksin yang sudah mulai diberikan, dan kembali bergeraknya konsumsi rumah tangga menurutnya akan jadi hal paling membedakan 2021 ini dengan tahun lalu.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah sepanjang 2021 juga tetap menyediakan Anggaran Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang jumlahnya cukup besar. Angkanya direncanakan sebesar Rp619,83 triliun atau sekitar 3,5 persen dari PDB nasional.