Sudan Inflasi 300 Persen di Tengah Krisis Ekonomi
Sudan mencatat kenaikan tingkat harga atau inflasi hingga di atas 300 persen pada Januari 2021. Kondisi itu menjadi tantangan utama pemerintah yang baru terbentuk di tengah krisis ekonomi.
"Tingkat inflasi tahunan mencapai 304,3 persen pada Januari, dibandingkan 269,3 persen pada Desember," terang Biro Pusat Statistik Sudan dalam pernyataan yang dikutip AFP pada awal pekan ini.
Pemerintah Sudan menargetkan bisa menekan inflasi ke level 95 persen pada akhir tahun ini. Upaya menekan inflasi tak bisa dihindari mengingat ongkos hidup yang kian mahal memicu aksi protes di sejumlah wilayah.
Pemerintah Sudan menyalahkan pendukung mantan presiden Omar al-Bashir atas aksi unjuk rasa yang terkadang diwarnai kekerasan. Sebagai catatan, al-Bashir meninggalkan kursi nomor satu Sudan pada April 2019 lalu setelah didemo oleh warganya karena kondisi ekonomi yang buruk.
Pekan lalu, kabinet pemerintah baru Sudan diambil sumpahnya. Kabinet baru ini menargetkan bisa kembali membangun perekonomiannya yang babak belur karena sanksi AS, kesalahan tata kelola dan perang sipil di bawah al-Bashir.
Salah satu anggota kabinet baru adalah pemimpin kelompok pemberontak veteran dan ekonom Gibril Ibrahim yang menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Transisi pemerintahan dari al-Bashir ke penggantinya tak berjalan mulus. Hal itu tak lepas dari krisis ekonomi yang ditandai dengan inflasi yang gila-gilaan dan pasar gelap yang bergejolak. Pandemi virus corona juga memperparah krisis.
Pemerintah setempat berharap keluarnya Sudan dari daftar hitam negara pendukung terorisme AS dapat membantu dalam mendapatkan keringanan utang dan investasi asing.