PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) dan Standard Chartered Bank Indonesia mengajak para investor di Tanah Air untuk diversifikasi portofolio investasi ke luar negeri, seperti dua pasar besar di Asia, yakni China dan India.
Pasalnya, China dan India saat ini menjadi perekonomian terbesar di kawasan negara berkembang. Selain itu, kedua negara ini masih memiliki potensi pertumbuhan yang pesat karena didukung oleh tiga faktor, yakni peluang pertumbuhan, transformasi industri, dan reformasi kebijakan.
Chief Economist and Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan memaparkan potensi pertumbuhan ekonomi di China dan India didukung oleh populasi yang besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada 2030, China dan India diperkirakan menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan memiliki peranan yang semakin penting dalam perekonomian global," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (18/2).
PDB nominal China dan India diperkirakan mencapai US$64,2 triliun dan US$46,3 triliun pada 2030.
Katarina menambahkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, China dan India mengalami transformasi kondisi sosial ekonomi. China diperkirakan mengalami transisi perubahan populasi dari masyarakat kelas menengah menuju pendapatan kelas atas, sementara India menikmati transisi peningkatan populasi kelas menengah.
Meningkatnya populasi kelas menengah-atas akan mendukung konsumsi sebagai penopang PDB.
China dan India juga diperkirakan akan mengalami transformasi sektor industrial. Pemerintah memiliki visi menjadikan China sebagai global leader dalam industri teknologi tinggi, beralih dari fokus sebelumnya pada low-end manufacturing.
Transformasi industri akan menjadikan China sebagai negara produsen produk-produk berteknologi tinggi, tidak kalah dari produk-produk yang dibuat negara maju lainnya.
Sementara India memiliki visi untuk menjadi hub manufaktur global, terutama di tengah tren diversifikasi produksi dari China ke negara Asia lainnya.
"Kedua negara ini juga terus membuat reformasi kebijakan yang berkelanjutan untuk menarik investasi dan kemudahan berbisnis, serta senantiasa meningkatkan nilai tambah bagi investor," paparnya.
Katarina pun menjelaskan pasar saham China dan India memiliki korelasi yang rendah, sehingga ideal untuk diversifikasi atau dikombinasikan dalam portofolio investasi. Selain itu, pasar saham China dan India pun memiliki korelasi yang rendah terhadap pasar saham global.
Dengan kondisi tersebut, portofolio investasi China dan India diharapkan menghasilkan peluang diversifikasi optimal bagi portofolio investor secara keseluruhan.
Bursa saham China merupakan bursa terbesar kedua di dunia. Namun, hanya sebagian kecil dari pasar tersebut yang terbuka untuk investor asing. Akses investor asing untuk berinvestasi pada saham A- shares sangat terbatas.
Di lain pihak, A-shares lebih merepresentasikan sektor ekonomi baru China seperti kesehatan, barang konsumsi, industri, dan teknologi. Saat ini, China A-shares telah masuk dalam indeks MSCI Emerging Market dengan faktor inklusi 20 persen.
"Apabila inklusi 100 persen dilakukan, maka China A-shares akan memiliki bobot lebih besar dibanding negara lain, sehingga peranan pasar saham China di pasar saham dunia diperkirakan akan semakin meningkat ke depannya," ungkap Katarina.
Berangkat dari potensi tersebut, MAMI mengeluarkan Manulife Saham Syariah Golden Asia Dolar AS (MAGOLD) yang berinvestasi pada efek luar negeri (offshore). Produk ini menawarkan peluang untuk diversifikasi investasi bagi investor Indonesia di dua pasar besar di Asia, yaitu China & India, dalam satu produk reksa dana.