Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan seluruh negara menggunakan kebijakan fiskal secara luar biasa dalam menangani pandemi covid-19 atau virus corona. Hal ini membuat utang tiap negara melonjak.
"Dalam waktu satu tahun, fiskal policy dipakai luar biasa sangat kuat. Ini sebabkan defisit anggaran dan rasio utang publik otomatis meningkat," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (23/2).
Ia menjelaskan lonjakan utang bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga hampir seluruh negara. Berdasarkan proyeksi IMF, rasio utang publik Indonesia pada 2020 naik menjadi 38,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, rasio utang publik Vietnam naik menjadi 46,6 persen, China 61,7 persen, Jepang 266,2 persen, Jerman 73,3 persen, Thailand 50,4 persen, Amerika Serikat (AS) 131,2 persen, dan Inggris 108 persen terhadap PDB.
Utang itu digunakan pemerintah masing-masing negara untuk memenuhi kebutuhan dalam menangani pandemi covid-19. Meski begitu, kontraksi ekonomi rupanya tak bisa dihindari.
Mayoritas ekonomi negara minus pada 2020. Indonesia misalnya, ekonominya minus 2,07 persen pada tahun lalu. Lalu, ekonomi AS minus 3,5 persen, Jepang minus 4,7 persen, Jerman minus 5 persen, Thailand minus 6,2 persen, dan Inggris minus 9,9 persen.
Secara keseluruhan, Sri Mulyani mengklaim rasio utang publik Indonesia masih tetap terjaga. Jika dibandingkan dengan negara lain, rasionya juga masih rendah.
"Tingkat utang dan tambahan utang publik Indonesia tetap terjaga dan menjadi salah satu yang terendah," pungkas Sri Mulyani.
(aud/agt)