Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menargetkan pembangunan 10 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berbasis Refuse Derived Fuel (RDF) tahun ini. Fasilitas tersebut mampu mengolah sampah menjadi bahan bakar.
Ia menuturkan saat ini, fasilitas tersebut baru berada di Cilacap, Jawa Tengah.
"Sudah ada juga RDF di Cilacap dan kami akan bangun tahun ini ada 10 lagi atau lebih, saya kira program seperti ini perlu kita lakukan," ujarnya dalam acara Peresmian Fasilitas TPST 3R di Kabupaten Pasuruan, Jumat (26/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, semua pihak sudah harus memikirkan terobosan pengolahan sampah, khususnya sampah plastik dan pemanfaatan sampah menjadi sumber daya baru. Pasalnya, masyarakat sudah tidak bisa lagi mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk menangani masalah sampah.
"Kita tidak bisa andalkan TPA sebagai akhir dari penanganan sampah, karena hampir semua TPA di Indonesia itu sudah overcapacity," katanya.
Ia mengatakan penanganan sampah harus dilakukan secara terintegrasi dari hulu, yakni sampah rumah tangga sampai dengan hilir atau proses pengolahan sampah. Luhut menilai penanganan sampah membutuhkan upaya di luar kebiasaan masyarakat selama ini, bukan melalui penanganan pada umumnya (business as usual).
Salah satunya, dengan menggandeng sektor swasta membuat program penanganan sampah secara terpadu maupun daur ulang sampah. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat target penanganan 70 persen sampah di Indonesia pada 2025 mendatang.
"Penanganan sampah memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit namun kegagalan dalam pengelolaan sampah akan memberikan dampak yang lebih besar bagi lingkungan, pariwisata, dan kesehatan masyarakat," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Luhut juga meresmikan dua TPST 3R (Reduce-Reuse-Recycle) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kedua TPST3R ini mengelola pengumpulan dan pemilahan sampah serta proses daur ulang sampah di Kecamatan Lekok dan Nguling, Pasuruan dengan kapasitas sampai 32 ton per hari.
Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf mengatakan dua kecamana tersebut berada di antara garis pantai sepanjang 49 Km dan berpenduduk 136 ribu jiwa. Kondisi ini menghasilkan jumlah timbunan sampah mencapai 49,11 ton per hari.
Oleh sebab itu, ia mengaku bersyukur dengan kehadiran dua fasilitas tersebut.
"TPST ini mampu kelola pengumpulan dan pemilahan sampah serta proses daur ulang dengan kapasitas mencapai 32 ton per hari atau 65,16 persen dari seluruh sampah yang dihasilkan yang sebelumnya hanya memiliki tingkat pengelolaan sampah di bawah 1 persen," tuturnya.
Ia menuturkan sejak beroperasi pada awal Januari 20221 proyek ini telah melayani lebih dari 42 ribu penduduk. Targetnya, kedua fasilitas ini akan mengumpulkan semua sampah termasuk 1.500 ton sampah plastik pada saat beroperasi penuh pada 2022 mendatang.
Untuk diketahui, TPST 3R dibangun dari kerja sama antara pemerintah daerah Pasuruan dan Project STOP, di mana Nestle menjadi mitra strategis dan penyandang dana utama kemitraan. Selain Nestle, mitra strategis Project STOP lainnya adalah Borealis, Pemerintah Norwegia, Nova Chemicals, Borouge, dan Siegwerk.