Mendag Khawatir Harga Cabai Anjlok Saat Ramadan dan Lebaran

CNN Indonesia
Senin, 15 Mar 2021 19:09 WIB
Mendag Muhammad Lutfi menyebut beberapa daerah produsen cabai yang sebelumnya gagal panen mulai membuahkan hasil. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Ampelsa).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengaku khawatir harga cabai akan turun di bawah harga standar pasar di tengah puasa dan lebaran. Pasalnya, beberapa daerah produsen cabai yang sebelumnya mengalami kerusakan dan gagal panen sudah mulai panen.

Dia menyebut tren penurunan harga mulai terpantau sejak pertengahan Maret. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), memang terjadi lonjakan harga sekitar 29 persen dari Rp74.607 per kilogram (Kg) per 11 Februari 2021 menjadi Rp96.247 per Kg pada 12 Maret 2021.

Sebaliknya, jika harga 12 Maret 2021 dibandingkan dengan harga 15 Maret 2021, terjadi penurunan harga sebesar 0,49 persen.

Walaupun tidak signifikan, namun Lutfi optimistis tren penurunan akan terus terjadi karena stok mulai melimpah.

Untuk bulan ini, ia menyebut bakal panen cabai di beberapa sentra di Jawa Timur dengan luas total panen 9.400 hektare (Ha), yang terdiri dari Blitar seluas 2.800 Ha, di Kediri seluas 1.800 Ha, dan di Malang dengan luas 1.800 Ha, dan Tuban seluas 3.000 Ha.

"Di Jawa Barat seluas 2.000 Ha, ada Pandeglang 500 Ha, Garut 500 Ha. Lalu, di Magelang, Jawa Tengah, seluas 2.000 Ha akan masuk masa panen," ungkapnya pada press briefing, Senin (15/3).

Bakal mulai panen bulan ini, Lutfi memastikan stok cabai dari cabai keriting, cabai rawit, hingga cabai besar akan melimpah menjelang dan selama Lebaran.

"Artinya tren penurunan antara 10 Maret-12 Maret ini akan terus menjadi penurunan dan yang saya takutkan ketika menghadapi bulan puasa dan Idul Fitri malah terjadi panen raya besar dan harganya di bawah standar yang ditentukan," jelasnya.

Harga Gula Pasir

Di kesempatan sama, ia memastikan harga gula pasir tak akan melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) dan tak mengulang lonjakan yang terjadi di tahun lalu.

Sekadar mengingatkan, pada Maret-April 2020 terjadi lonjakan harga gula mencapai Rp18 ribu per Kg akibat kelangkaan.

Sejauh ini, Lutfi menyebut Kemendag telah melakukan pengadaan raw sugar 680 ribu ton untuk stok pegangan (idle capacity). Dari stok itu, yang sudah digiling sebanyak 148 ribu dan yang sudah didistribusikan sebanyak 88 ribu ton.

Artinya, masih ada sekitar 532 ribu ribuan ton yang akan dilepas ke pasar secara bertahap sampai lebaran.

"Jadi karena jumlahnya cukup melimpah dibandingkan tahun lalu, saya pastikan tidak akan ada kenaikan yang berarti. Apalagi, seperti tahun-tahun lalu yang jumlahnya bisa Rp16 ribu-17 ribu (per Kg)," ucapnya.

Ia menyebut kunci agar pemerintah tidak 'dipojokkan' oleh pedagang ialah dengan memastikan stok tersedia di dalam negeri.

Karena itu, tak hanya importasi dari Kemendag, ia menyebut juga dibuka keran impor lewat Kementerian BUMN sebanyak 150 ribu ton gula.

Lutfi menyebut ia telah memperingatkan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) selaku induk holding BUMN pangan untuk memastikan harga gula di Indonesia Timur tidak melebihi HET, yakni Rp12.500 per Kg.

"Artinya pemerintah memegang stok yang cukup untuk memastikan tidak ada lonjakan harga antara hari ini sampai dengan Lebaran pada Mei 2021," tutupnya.



(wel/bir)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK