Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku baru mengetahui masa kedaluwarsa vaksin AstraZeneca hanya tinggal tiga bulan. Padahal interval penyuntikan dosis pertama ke kedua vaksin ini cukup panjang yakni 9-12 minggu.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran 1.113.600 dosis vaksin AstraZeneca yang telah tiba di Indonesia akan mubazir jika penyuntikannya tak segera dilakukan. Terlebih, hingga saat ini, izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum diterbitkan.
Lantas berapa anggaran yang telah dikeluarkan pemerintah untuk pengadaan 1,1 juta vaksin AstraZeneca?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait hal tersebut, juru bicara vaksin PT Bio Farma (Persero) Bambang Heriyanto mengatakan vaksin tersebut merupakan vaksin gratis yang diadakan lewat skema kerja sama antar pemerintah atau government to government (G to G).
"Itu skema dari Covax/Gavi/Unicef, via G to G, merupakan donasi alias gratis. Bio Farma hanya bertugas menyimpan vaksin tersebut sampai nanti didistribusikan," ucapnya saat dihubungi CNNndonesia.com, Selasa (16/3).
Kendati demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sempat mengatakan pemerintah akan mendatangkan sebanyak 100 juta dosis vaksin AstraZeneca.
Dari total tersebut, pemerintah membayar uang muka 50 persen sebesar US$250 juta atau sekitar Rp3,6 triliun.
"Kami akan mengadakan vaksin dari AstraZeneca, kontraknya 100 juta vaksin dan pemerintah akan membayar down payment 50 persen di akhir bulan ini kira-kira biaya yang dikeluarkan itu US$250 juta," ucap Airlangga dalam webinar yang digelar Keluarga Alumni UGM pada Oktober lalu.
Namun, belum ada angka pasti berapa harga per dosis vaksin AstraZeneca. Mengutip The Guardian, vaksin buatan Oxford-AstraZeneca itu diklaim jauh lebih murah ketimbang vaksin lain yakni sebesar US$3 hingga US$4 atau setara Rp43.222 hingga Rp57.620 per dosisnya (kurs Rp14.479 per US$).
Artinya, jika pemerintah berencana mengadakan 100 juta dosis vaksin, anggarannya bisa berada di angka US$300-400 juta atau sekitar Rp4,3-5,7 triliun.
Sebagai informasi, penggunaan vaksin AstraZeneca di beberapa negara dihentikan karena ditemukan kasus penggumpalan darah setelah divaksinasi.
Pihak AstraZeneca mengatakan berdasarkan tinjauan dari data penerima vaksin covid-19 tersebut tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko pengentalan darah.
Beberapa negara yang menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca di antaranya Irlandia, Denmark, Norwegia, dan Islandia.
Sementara itu, Austria menghentikan penggunaan slot dosis AstraZeneca pekan lalu sambil menyelidiki satu kematian akibat gangguan koagulasi. Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) mengatakan tak ada indikasi kasus tersebut disebabkan oleh vaksinasi.