Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan akan menindak tegas pihak-pihak yang menghalangi pembangunan ekosistem logistik di Indonesia. Ia mengatakan delapan pelabuhan bisa masuk dalam sistem logistik nasional melalui National Logistic Ecosystem (NLE) tahun ini.
Delapan pelabuhan tersebut meliputi Pelabuhan Batam, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Pelabuhan Patimban, Subang dan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Selanjutnya, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Pelabuhan di Medan, dan Pelabuhan di Makassar.
"Kami sudah rapat kemarin pokoknya kami, main pokoknya ini, bisa. Siapa yang halangi, kami buldoser itu," ujarnya dalam konferensi pers peluncuran Batam Logistic Ecosystem (BLE), Kamis (18/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan pembangunan ekosistem logistik sangat mendesak lantaran ongkos logistik di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara tetangga. Sebagai gambaran, ongkos logistik di Indonesia tercatat sebesar 23,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan, Malaysia dan Singapura hanya sebesar 13 persen dari PDB mereka.
Oleh sebab itu, Luhut mendorong pembangunan ekosistem logistik. Harapannya upaya itu bisa menekan biaya logistik secara signifikan.
"Kami targetkan supaya menjadi 17 persen (dari PDB) di 2024," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tingginya biaya logistik di Indonesia menyebabkan Indonesia kalah saing dengan negara lain dalam mendatangkan investasi. Pasalnya, setiap investor tentunya lebih melirik negara yang memberikan mereka marjin keuntungan investasi lebih besar.
"Kalau Indonesia keluarkan 23,5 persen dari kue ekonomi nasional sebagai biaya logistik, sementara tetangga kita Malaysia hanya 13 persen, maka kita langsung tahu perusahaan yang operasi di sini 10 persen kalah kompetisi hanya dari biaya logistik," jelasnya.
Selain meningkatkan daya saing, pembentukan ekosistem logistik ini merupakan upaya untuk mendorong pemulihan ekonomi akibat covid-19. Alasannya, ihwal logistik sangat berkaitan dengan ekspor dan impor yang merupakan komponen penyusun pertumbuhan ekonomi.
Seperti diketahui, tren ekspor dan impor cenderung lesu selama pandemi. Pada Februari 2021 lalu, nilai ekspor mencapai US$15,27 miliar pada Februari 2021 atau turun 0,19 persen dari US$15,3 miliar pada Januari 2021. Sedangkan nilai impor mencapai US$13,26 miliar, atau turun 0,49 persen dari US$13,33 miliar pada bulan sebelumnya.
"Justru saat situasi ini kita perlu benahi diri, sehingga nanti kalau lagi pick up atau pulih, dia (sistem logistik) sudah bisa memberikan pelayanan jauh lebih baik. Ini merupakan bagian dari upaya pemulihan ekonomi dan meningkatkan, mengakselerasi pemulihan tersebut," terangnya.