Riset BI: UMKM Korek-korek Kantong Buat Modal

CNN Indonesia
Jumat, 19 Mar 2021 19:26 WIB
Hasil riset BI mengungkap mayoritas UMKM merogoh kantong sendiri untuk kebutuhan permodalan di tengah pandemi covid-19.
Hasil riset BI mengungkap mayoritas UMKM merogoh kantong sendiri untuk kebutuhan permodalan di tengah pandemi covid-19. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia --

Hasil riset Bank Indonesia (BI) mengungkapkan mayoritas UMKM merogoh kantong sendiri dalam memenuhi kebutuhan modal mereka di tengah krisis ekonomi akibat pandemi virus corona (covid-19). Jumlahnya mencapai 43,5 persen dari total hasil riset.

"Dari strategi keuangan, hanya 15 persen yang melakukan pinjaman ke lembaga keuangan. Sementara, mayoritas melakukan tambahan modal sendiri," ungkap Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen BI Yunita Resmi Sari di diskusi virtual, Jumat (19/3).

Khusus untuk pinjaman ke lembaga keuangan, sekitar 12,5 persen merupakan bank, 2,2 persen lembaga keuangan non bank, dan 0,9 persen pinjaman online (pinjol) atau fintech.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain mengorek kantong sendiri dan pinjam ke lembaga keuangan, sekitar 22,3 persen memilih untuk menutup kebutuhan tambahan modal dengan melakukan efisiensi. "PHK atau efisiensi 22,3 persen," imbuhnya.

Sementara, 18,2 persen melakukan pinjaman dana ke anggota keluarga. Sedangkan 19,2 persen tidak melakukan apa-apa.

Selain melaksanakan strategi keuangan, Yunita mengatakan para pengusaha wong cilik rupanya juga melancarkan strategi lain untuk meminimalisir dampak pandemi ke usaha mereka.

Mayoritas mencapai 70,3 persen memilih mengalihkan bisnis ke penjualan online. Sisanya bervariasi, seperti melakukan penambahan jenis produk, efisiensi biaya, fokus ke usaha sampingan, dan lainnya.

Secara total, bank sentral nasional mencatat 87,5 persen UMKM terdampak negatif pandemi. Tapi 12,5 persen sisanya tidak. Bahkan mereka justru bisa meningkatkan penjualan.

Untuk UMKM yang terdampak negatif pandemi, riset BI mencatat mereka menelan penurunan keuntungan. Semula net profit margin UMKM berada di kisaran 39,33 persen pada 2019, lalu turun jadi 19,13 persen pada 2020.

"Pandemi covid-19 memberikan tekanan ganda bagi UMKM, yaitu penurunan pendapatan serta kenaikan beban usaha, yang berdampak pada turunnya profitabilitas dan solvabilitas keuangan UMKM," jelasnya.

Omzet pun begitu, turun dari 56,68 persen menjadi 45,15 persen. Rasio likuiditas tunai mereka pun tersendat, dari semula sekitar 3,59 persen menjadi 2,83 persen pada periode yang sama.

"Namun demikian, kemampuan UMKM untuk menyelesaikan utang jangka pendek meningkat sejalan dengan perilaku UMKM yang menahan penambahan utang baru dan sangat mengandalkan program restrukturisasi utang oleh pemerintah," papar Yunita.

[Gambas:Video CNN]



(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER