Penggunaan Batu Bara untuk Listrik Melompat Sejak 2015

CNN Indonesia
Senin, 22 Mar 2021 19:23 WIB
Kementerian ESDM mencatat penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik meningkat sejak 2015, yakni dari 30 persen menjadi 38 persen pada 2020. Ilustrasi. (AP Photo/Aijaz Rahi).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian ESDM mencatat penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik meningkat pesat dalam kurun waktu 5-6 tahun terakhir.

Dalam paparan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Komisi V DPR tercatat persentase pengguna baru bara meningkat, yakni dari 30,14 persen pada 2015 lalu menjadi 38,04 persen.

Rinciannya, sebesar 30,14 persen pada 2015, 27,84 persen pada 2016, 30,53 persen pada 2017, 33,00 persen pada 2018, 37,28 persen pada 2019, dan 38,04 persen pada 2020.

Pada saat bersamaan, pertumbuhan penggunaan gas bumi menurun. Sementara, penggunaan minyak bumi menyusut karena digantikan dengan biofuel.

Meski demikian, Arifin menuturkan pertumbuhan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) juga meningkat dan gap capaian dengan target makin kecil.

Hal ini, menurutnya, merupakan dampak positif pembangunan EBT yang cepat seperti PLTS dan bahan bakar nabati. "Ke depan, target peran EBT semakin meningkat di 23 persen pada 2025," ucap Arifin.

Lebih lanjut Arifin mengatakan hingga 2025 kapasitas terpasang pembangkit listrik ditargetkan mencapai 101,6 GW yang terdiri dari 72 GW kapasitas terpasang saat ini ditambah dengan 29,6 GW sesuai draf RUPTL usulan pemerintah.

Di saat bersamaan percepatan pengembangan EBT perlu mempertimbangkan realitas kebutuhan energi, keekonomian yang wajar memberikan kesempatan pertama kepada energi terbarukan.

Karena itu, Kementeriannya telah menyiapkan sejumlah upaya seperti penambahan kapasitas EBT untuk memenuhi permintaan baru, dengan fokus PLTS, substitusi energi primer/final, serta tetap menggunakan eksisting teknologi melalui B30.

Alternatif lainnya adalah pengembangan PLTU co-firing, pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif Refuse Derived Fuel(RDF), konversi energi primer fosil, terjadi penggantian teknologi pembangkit/konversi, PLTD atau PLTU digantikan PLTBT, biogas dan pellet untuk memasak.

"Serta pemanfaatan EBT non listrik/non BBN seperti briket/woodchip/pellet dan pengolahan dan pengeringan produk pertanian," pungkasnya.



(hrf/bir)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK