Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku mewaspadai gelombang ketiga pandemi corona di sejumlah negara di Eropa. Kondisi itu membuat sejumlah negara terpaksa kembali melakukan penguncian wilayah (lockdown) seperti Jerman, Prancis, dan Italia.
Kenaikan penularan covid-19 di Eropa, juga membuat pemerintahnya mempertimbangkan proteksi terhadap vaksin covid-19 untuk memenuhi kebutuhan penduduk Eropa. Indikasinya, pemerintah Eropa mempertimbangkan pembentukan aturan perundangan untuk mengurangi bahkan melarang suplai vaksin covid-19 ke luar Eropa.
Contoh kasus, Komisi Eropa melarang pengiriman vaksin AstraZeneca kepada Australia beberapa waktu lalu. Namun, Indonesia masih cukup beruntung karena dianggap sebagai negara berkembang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesama negara maju mereka saling melakukan proteksi untuk vaksin mereka sendiri. Jadi, ini sesuatu yang harus kami waspadai yaitu mengenai jumlah vaksin dan dari sisi munculnya gelombang ketiga di Eropa," ujarnya dalam acara Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (25/3).
Guna mencegah peningkatan penularan covid-19 di dalam negeri seperti yang terjadi di Eropa, ia mengimbau semua masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Meskipun, kata dia, sebagian masyarakat telah menerima vaksinasi covid-19.
"Sehingga tidak muncul lagi dilema rem dan gas, seperti yang selama ini terjadi. Karena, rem dan gas ini kalau covid naik jumlahnya memaksa negara-negara itu melakukan rem persis seperti yang terjadi sekarang di Eropa. Jadi, supaya itu tidak terjadi di kita terutama kuartal II 2021," tuturnya.
Ia menyatakan pandemi masih menjadi tantangan pemulihan perekonomian pada tahun ini. Bendahara negara berharap pandemi bisa dikendalikan sehingga momentum pemulihan ekonomi bisa diakselerasi.
Menurutnya, sejumlah indikator telah menunjukkan pemulihan ekonomi, meliputi pertumbuhan ekspor sebesar 8,56 persen secara tahunan (yoy) menjadi US$15,27 miliar pada Februari 2021. Serupa, impor juga tumbuh 14,86 persen (yoy) menjadi US$13,26 miliar. Nilainya turun 0,49 persen dari US$13,33 miliar pada bulan sebelumnya. Namun secara tahunan masih naik 14,86 persen.
Selain itu, konsumsi juga mulai terkerek naik terlihat dari kenaikan penjualan semen, baja, dan kendaraan niaga.
"Tantangannya, tetap covid karena covid masih ada, tidak bisa kami negosiasi dan kami undang ke meja perundingan, terus bilang 'kamu sebaiknya istirahat dulu, kami mau tumbuh' karena ini bukan manusia ini makhluk halus," ucapnya.