Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) menyatakan pemerintah akan menyalurkan dana bantuan produktif usaha mikro (BPUM) atau bantuan langsung tunai (BLT) untuk 12,8 juta UMKM pada 2021. Anggaran yang disiapkan sebesar Rp15,36 triliun.
Deputi Usaha Mikro Kemenkop UKM Eddy Satriya menjelaskan pemerintah telah menyalurkan BLT kepada 6,6 juta pelaku UKM hingga 1 April 2021 lalu. Mereka menerima BLT senilai Rp1,2 juta per penerima.
"Sampai 1 April 2021 kemarin telah validasi data di kementerian dan disalurkan ke 6,6 juta UMKM. Anggarannya Rp7,9 triliun," ungkap Eddy dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (6/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eddy menjelaskan pihaknya akan menyalurkan BLT UMKM dalam dua tahap. Tahap pertama, pemerintah akan memberikan BLT kepada 9,8 juta pelaku usaha mikro dengan anggaran Rp11,76 triliun.
Tahap kedua, pemerintah akan menyalurkan kepada 3 juta pelaku usaha mikro. Anggaran yang disiapkan untuk tahap kedua sebesar Rp3,6 triliun.
"Program BPUM 2021 akan dilaksanakan sampai dengan kuartal III 2021," imbuh Eddy.
Namun, Eddy menyatakan dana yang tersedia hingga saat ini baru Rp11,76 triliun untuk 9,8 juta pelaku usaha mikro. Kementerian Koperasi dan UKM sejauh ini masih menunggu pencairan dana untuk penyaluran BLT kepada 3 juta pelaku usaha mikro.
"Dan yg sudah tersedia anggarannya itu adalah 9,8 juta. Jadi 3 juta tadi sangat bergantung dengan bagaimana dan kapan untuk 3 juta itu disediakan oleh Kementerian Keuangan," jelas Eddy.
Sementara, ia menjelaskan nominal yang diberikan kepada pelaku usaha mikro turun dari Rp2,4 juta menjadi Rp1,2 juta tahun ini. Menurutnya, keputusan itu diambil dalam rapat Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).
"Keputusan untuk menurunkan bantuan diambil bersama dengan rapat seluruh kementerian/lembaga di bawah KPCPN. Itu bukan dari Kementerian Koperasi dan UKM," ucap Eddy.
Ia menambahkan BLT UMKM kembali disalurkan tahun ini untuk membantu pelaku usaha mikro yang terdampak pandemi covid-19. Pasalnya, sudah ada sejumlah UMKM yang gulung tikar akibat pandemi.
"Kami sekarang masih dalam tahap konsolidasi data, jadi belum tersedia data pasti yang collapse berapa," pungkas Eddy.