Bio Farma menyatakan optimis menanggapi kekhawatiran yang beredar akan pengadaan stok vaksin di Indonesia. Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menegaskan, pihaknya telah mengamankan lebih dari 370 juta dosis vaksin Sinovac, Novavax, serta Astrazeneca.
Saat ini, Bio Farma juga tengah terlibat diskusi dengan produsen vaksin Sinopharm dan Moderna, yang direncanakan menjadi vaksin dalam program vaksinasi gotong-royong mendatang.
"Dari sisi pengadaan kita masih optimis, semua komitmen dengan kita lakukan dengan pengembang vaksin itu masih on schedule," kata Honesti pada program Insight With Desi Anwar di CNNIndonesia. Ia menambahkan, pihaknya optimis tidak kekurangan stok setidaknya sampai bulan Juni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan peristiwa mutasi virus dan lonjakan kasus Covid-19 di Eropa dan India, Honesti berharap ke depannya tidak ada embargo pengiriman vaksin. Untuk itu kementerian dan lembaga terkait terus mengadakan komunikasi untuk menjaga kerja sama yang telah disepakati.
Di sisi lain, Bio Farma tidak tinggal diam. Menurut Honesti, kesepakatan dengan Sinovac juga meliputi transfer teknologi. Sehingga, tak hanya melakukan impor, namun Indonesia juga bisa memproduksi vaksin sendiri.
"Akhir tahun kemarin kami sudah memodernisasi dan membangun fasilitas baru untuk produksi. Sehingga April ini sebenarnya kita sudah memiliki kapasitas total produksi 250 juta dosis, tapi tentu produksinya akan sesuai dengan timeline kedatangan bahan baku," paparnya.
Lebih lanjut Honesti mengatakan, tidak ada vaksin yang dijamin paling efektif. Penyebabnya adalah banyaknya variabel yang terlibat, termasuk relawan vaksin dengan perbedaan latar belakang, kelompok usia, sampai terkait kedisiplinan seseorang menerapkan protokol kesehatan dalam kesehariannya.
"Sebenarnya dari WHO kan sudah mengeluarkan kriteria, vaksin yang boleh diberikan pada masyarakat adalah minimal efikasi 50 persen, dan semua yang sudah melakukan uji klinis kan ketahuan. Kita melakukan uji klinis tahap tiga, itu ketahuan berapa efikasinya, tapi angka itu enggak bisa dibandingkan," kata Honesti.
![]() |
Selaku induk holding BUMN Farmasi, Bio Farma bersiap menyambut pengembangan vaksin Merah Putih. Honesti menuturkan, ada konsorsium untuk pengembangan vaksin yang diinisiasi oleh Kemenrintas BRIN. Beberapa pihak yang terlibat, antara lain Lembaga Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Padjajaran, Universitas Gadjah Mada, serta Institut Teknologi Bandung.
Masing-masing lembaga itu bertugas membuat bibit vaksin, untuk kemudian diserahkan ke industri seperti Bio Farma yang akan melakukan pengujian, produksi, hingga pengurusan izin, Lembaga-lembaga itu bekerja mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platform yang berbeda satu sama lain. Saat ini, lanjut Honesti, yang paling siap adalah dari Lembaga Eijkman.
"Kita berharap April ini Eijkman sudah menyerahkan bibitnya, nanti kita yang proses untuk hulu ke hilirnya," kata Honesti.
Honesti menegaskan, orang yang sudah divaksin tidak serta-merta menjadi kebal terhadap penularan Covid-19. Pasalnya, antibodi baru benar-benar terbentuk di hari ke-14 pasca suntikan dosis kedua.
Artinya, jika seseorang belum mendapat dosis kedua, ataupun belum dua minggu berselang menerima dosis kedua, orang itu sebaiknya tetap berdisiplin menerapkan protokol kesehatan yang sesuai. Dari sana, perlahan akan terbentuk herd immunity atau kekebalan kelompok.
"Vaksin itu kan untuk melindungi. Sehingga kalau kita sudah terlindungi, kita tidak tertular. Kalaupun terkena, ya gejala ringan. Kalau herd immunity sudah terbentuk, artinya semua orang akan terlindungi, virusnya akan terhenti dengan sendirinya," ujar Honesti.
(rea)