ANALISIS

Berkah THR dan Asa Jokowi Kerek Ekonomi 7 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 21 Apr 2021 07:01 WIB
Ekonom pesimistis THR bisa mengangkat ekonomi hingga 7 persen di tengah larangan mudik dan masyarakat yang masih menahan konsumsi.
Ekonomi Indonesia masih berpeluang mencapai 7 persen karena tahun lalu ekonomi Indonesia babak belur dihantam pandemi. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma).

Menurutnya, ada tiga 'senjata' untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertama, pemerintah harus mempercepat proyek padat karya, sehingga tercipta lapangan kerja bagi masyarakat yang ujungnya menambah pendapatan mereka.

Kedua, mempercepat realisasi penyaluran bantuan sosial (bansos) khususnya pada kelompok orang miskin. Idealnya lagi, kata dia, nominal bansos tersebut ditambah. Ketiga, hal yang paling utama adalah pengendalian pandemi covid-19, sehingga ekonomi bisa sepenuhnya pulih.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menyampaikan pendapat serupa. Menurutnya, dampak THR pada konsumsi tidak signifikan lantaran masyarakat cenderung menahan diri untuk konsumsi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masyarakat terutama yang kelas menengah ke bawah tidak akan langsung membelanjakan uangnya, karena takut ada kebutuhan-kebutuhan berikutnya setelah Lebaran," jelasnya.

Serupa, pemberian THR kepada PNS, TNI, dan Polri diperkirakan tidak mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi sampai 7 persen seperti harapan kepala negara. Apalagi jumlah ASN, TNI, dan Polri bukan golongan pekerja mayoritas.

"Di 2019 saja tidak ada pandemi, THR dan gaji ke-13, serta ada Pemilu di April tidak mampu dongkrak pertumbuhan ekonomi signfikan pada kuartal II 2019, apalagi setelah ada pandemi seperti saat ini," terangnya.

Peluang Laju Ekonomi 7 Persen

Namun, berbeda dengan Tauhid ia meramal pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 sebesar 7 persen bisa tercapai. Alasannya, perhitungan pertumbuhan ekonomi berangkat dari perbandingan yang rendah, yakni minus 5,32 persen di kuartal II 2020 lalu.

"Jadi, kalau kita lihat di kuartal II 2021 tumbuh 7 persen itu sangat normal, bukan sesuatu hal yang laur biasa. Malah, 7 persen ini terhitung target yang cukup moderat cenderung ke pesimis, saya rasa kalau mau optimal minimal 8 persen," jelasnya.

Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi China mampu meroket hingga 18,3 persen di kuartal I 2021. Sebab, periode yang sama tahun sebelumnya ekonomi Negeri Tirai Bambu itu kontraksi 6,8 persen akibat pandemi covid-19.

"Jadi, kalau secara teknis tidak terlalu sulit, tinggal bagaimana mempertahankan level 6 persen sampai akhir tahun, itu yang lebih sulit," ujarnya.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh kebangkitan sejumlah sektor salah satunya sektor manufaktur. Tercatat, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2021 berada di level 53,2, naik dari Februari yang sebesar 50,9.

Peningkatan PMI manufaktur itu menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Selanjutnya, pemulihan sektor otomotif. Ini ditandai dengan oleh kenaikan penjualan ritel mobil sebesar 65,1 persen pada Maret lalu. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan lonjakan penjualan ini juga dipengaruhi oleh pelonggaran Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang diberikan pemerintah pada Maret lalu.

"Biasanya tanda perbaikan dimulai dari sektor otomotif, properti, dan semen. Dari satu indikator yang paling signfikan yaitu industri mobil ini pertanda baik untuk memasuki 2021," ucapnya.

Faktor lain yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi adalah surplus neraca perdagangan sebesar US$1,57 miliar secara bulanan pada Maret 2021 kemarin. Hal yang cukup menggembirakan, kata dia, nilai ekspor tumbuh 20,31 persen secara bulanan menjadi US$18,35 miliar.

Apabila ditengok secara tahunan, pertumbuhannya lebih tinggi, yakni 30,47 persen. Fithra mengatakan kenaikan ekspor ini menunjukkan geliat industri manufaktur di Indonesia mulai pulih.



(ulf/sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER