Jumlah plastik kemasan pasca konsumsi harian saat ini memang terus mencatat peningkatan. Kebanyakan kemasan pasca konsumsi dibuang tanpa ada upaya pengumpulan dan pengelolaan yang akhirnya justru mencemari lingkungan. Coca-Cola Indonesia memiliki komitmen dalam upaya memberikan solusi untuk mengurangi dampak dari plastik kemasan pasca konsumsi terhadap lingkungan.
"Komitmen untuk menjadi bagian dari solusi sudah kami mulai sejak 2018 melalui visi global The Coca-Cola Company yaitu 'World Without Waste'. Sekarang perhatian kita tertuju ke situ, bagaimana cara agar kita dapat bergerak sama-sama mengelola isu sampah ini," ujar Direktur Public Affairs, Communication & Sustainability PT Coca- Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo dalam diskusi webinar Sprite #LihatDenganJernih 'Cara Asik Mengelola Sampah Plastik'.
Adapun berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah timbunan sampah di Indonesia pada 2020 mencapai 67,8 juta ton, dengan rata-rata 175 ribu ton sampah per harinya. Sebagian besar sampah-sampah itu merupakan plastik kemasan pasca konsumsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Triyono menerangkan, perubahan kemasan botol plastik Sprite menjadi langkah lanjutan untuk mewujudkan upaya pengumpulan dan daur ulang setiap kemasan plastik produk Coca-Cola yang terjual dan dikonsumsi oleh masyarakat pada tahun 2030.
"Kami yakini bahwa upaya kami dalam perubahan kemasan Sprite dapat membantu memudahkan dan mendorong agar lebih banyak lagi kemasan botol bekas pakai Sprite terkumpul sehingga bisa masuk jalur daur ulang dan diolah untuk jadi produk-produk lain," tambahnya.
![]() |
Sementara itu, Senior Brand Manager PT Coca-Cola Indonesia Fitriana Adhisti mengungkapkan, bersamaan dengan peluncuran kemasan baru Sprite pihaknya ingin mengajak masyarakat mencari solusi untuk mengatasi permasalahan sampah plastik melalui project #LihatDenganJernih. Melalui project tersebut, Sprite mengajak masyarakat mengumpulkan kemasan botol plastik PET jernih pasca konsumsi, untuk didaur ulang menjadi barang-barang bermanfaat.
"Project #LihatDenganJernih idenya adalah pesan yang dibawakan Sprite sendiri. Kita melihat project yang kita lakukan dengan daur ulang ini," ucapnya.
Fitriana menyebut, dalam project tersebut pihaknya juga melakukan kolaborasi dengan berbagai mitra, yakni Waste4Change dan PlusTik. Hasilnya, kemasan botol bekas pakai yang dikumpulkan melalui Waste4Change akan didaur ulang lalu diolah kembali menjadi barang bermanfaat, yaitu bingkai kacamata yang terbuat dari sampah botol plastik bekas pakai dan kemasan plastik pasca konsumsi lainnya.
"Kami memiliki ide dengan latar belakang dari perubahan kemasan baru Sprite yaitu untuk meningkatkan nilai kemasan bekas dan laju daur ulang. Dengan kemasan Sprite yang kini telah menjadi botol jernih, kami ingin dapat menghasilkan suatu barang yang bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan untuk dapat melihat dengan lebih jernih, yaitu dengan kami membuat kacamata. Jadi lahirlah project #LihatDenganJernih ini," ujarnya.
Fitriana menuturkan, lewat project ini Coca-Cola Indonesia juga ingin mengedukasi sekaligus melibatkan masyarakat untuk mengelola dan mengumpulkan sampah untuk kemudian didaur ulang.
"Kita ingin mengajak kalangan muda terlibat pada proses daur ulang ini. Waste4Change sebagai mitra pengumpulan botol bekas, lalu PlusTik yang merupakan mitra pembuatan kacamata akan bersama menghasilkan bingkai kacamata yang terbuat dari hasil daur ulang," kata Fitriana.
"Endingnya kita ingin mendonasikan kacamata tersebut melalui Yayasan Sejuta Kacamata untuk Indonesia yang merupakan mitra kami yang membantu kita untuk mendistribusikan bagi masyarakat yang membutuhkan kacamata," ujarnya.
Fitriana mengatakan project #LihatDenganJernih sudah diluncurkan pada 1 Maret dengan batas periode pengumpulan botol bekas pakai pada 1 Mei 2021. Pihaknya mengajak masyarakat bisa berpartisipasi untuk mengumpulkan, registrasi dan mengirimkan botol-botol plastik bekas pakai mereka.
Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Indonesian Plastics Recyclers (IPR) Amelia Maran mengapresiasi project #LihatDenganJernih ini. Menurutnya banyak orang yang tidak mengetahui terkait daur ulang selama ini.
"Mungkin orang hanya mengenal daur ulang sekadar bikin tas atau merajut, atau bank sampah. Itu sebenarnya produk kreatif bukan daur ulang dalam skill industri," katanya.
"Dengan adanya project-project seperti ini awareness-nya sangat kena langsung ke masyarakat. Oh ternyata sampah plastik itu benar-benar bisnis yang besar. Jadi nantinya tidak dianggap sebelah mata lagi," tambah Amelia.
![]() |
Triyono kembali menambahkan bahwa sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat menjadi penting untuk membangun pemahaman dalam pengelolaan kemasan bekas pakai menjadi lebih baik.
Dia mengatakan, bahwa Coca-Cola Indonesia juga ingin bekerja sama dengan pemerintah dalam pengelolaan sampah plastik kemasan bekas pakai. Di mana pemerintah sudah mempunyai sejumlah target, di antaranya pengurangan 70 persen sampah plastik di laut, pengurangan 70 persen produksi sampah di sumber, dan pengelolaan sampah sebesar 70 persen.
"Kami ingin bekerja sama dengan pemerintah. Kami ingin menjadi bagian dari solusi. Bagaimana kita bisa terintegrasiterintegrarsi dalam mata rantai daur ulang yang sudah ada," kata Triyono.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Muhammad Taufiq menyambut dan mnyatakan apresiasi atas project #LihatDenganJernih. Tak hanya mendorong pertumbuhan industri daur ulang, project ini juga diyakini akan memberi dampak terhadap dua isu penting, yakni lingkungan dan ekonomi. Terlebih, Sprite mencanangkan visi untuk mengambil kembali jumlah sesuai volume produksi pada 2030.
"Kami sangat senang dengan usaha campaign Sprite ini. Mulai dari hulunya untuk bisa mengambil kembali (botol bekas pakai), mengumpulkan kembali, sampai dengan mengolah kembali, saya pikir Sprite bisa membantu banyak pada usaha-usaha yang dilakukan pemerintah. Saya pikir ini perlu didorong lagi agar teman-teman di industri makanan dan minuman yang lain mengambil langkah yang sama," tutur Taufiq.
Menurutnya, sejak lama pemerintah telah berusaha melakukan intervensi lebih dalam terhadap masalah sampah plastik. Namun hal itu tak mudah karena berkaitan dengan kebiasaan secara langsung. Karena itu, kehadiran Sprite sebagai sebuah brand dalam project pun disebut sebagai sebuah nilai plus yang signifikan terhadap berbagai upaya pemerintah.
"Sangat sulit karena hal ini berkaitan dengan perilaku atau kebiasaan masyarakat. Sehingga dengan seperti yang disampaikan Pak Triyono atau Bu Fitria, kalau brand sudah bicara, ini lebih didengar (masyarakat) dibandingkan kalau pemerintah yang bicara. Brand punya suara yang kuat ketika berusaha untuk mensosialisasikan atau mengedukasi masyarakat," kata Taufiq.
(rea)