Pertamina Proyeksi Energi Fosil Mulai Turun Pada 2033

CNN Indonesia
Jumat, 21 Mei 2021 10:16 WIB
Dirut Pertamina Nicke Widyawati memprediksi penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) mulai kencang pada 2033, sekaligus mengurangi penggunaan energi fosil.
Dirut Pertamina Nicke Widyawati memprediksi penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) mulai kencang pada 2033, sekaligus mengurangi penggunaan energi fosil. Ilustrasi. (Detikcom/Ari Saputra).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memprediksi penggunaan energi fosil (fossil fuel) mulai turun pada 2033 mendatang. Sebaliknya, masyarakat mulai beralih kepada Energi Baru Terbarukan (EBT) atau New Renewable Energy (NRE).

"Kami sadar, kami perkirakan masa fossil fuel ini sampai 2033, itu akan terjadi growth (pertumbuhan) tapi tidak besar seperti sebelumnya. Setelah 2033 ini pertumbuhan green energy akan lebih besar dari fossil fuel," ungkapnya, dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Kamis (20/5).

Oleh sebab itu, ia mengatakan Pertamina mempersiapkan sejumlah langkah mitigasi. Perusahaan minyak dan gas (migas) itu membangun kilang-kilang pengolahan yang berbasis EBT, atau green refinery.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertamina ke depan akan memprioritaskan SDA yang ada di Indonesia. Jadi, green refinery ini berbasis CPO dan sumber daya nabati lainnya yang akan menghasilkan biofuel," jelasnya.

Selanjutnya, Pertamina akan memaksimalkan produk petrokimia. Tercatat, perusahaan sudah memiliki empat proyek petrokimia meliputi, pengolahan polypropylene di Kilang Balongan, produk olefin di PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), proyek petrokimia di Kilang Balongan, dan petrokimia di Grass Root Refinery (GRR) Tuban.

"Ini penting kami integrasikan karena once (sekali) kebutuhan fossil fuel turun, maka kemudian produk akan kami switch (alihkan) ke petrokimia. Ini rencana mitigasi dari eksisting bisnis, ujungnya adalah petrokimia," imbuhnya.

Selain itu, Pertamina juga akan mengembangkan proyek Dimetil Eter (DME) yang menghasilkan proses gasifikasi batu bara. Tujuannya, mengurangi ketergantungan pada impor elpiji (Liquified Petroleum Gas/LPG) lantaran 70 persen kebutuhan elpiji Indonesia dipenuhi dari impor.

"Karena pemerintah mencanangkan 2027 tidak boleh lagi impor elpiji, maka kami mengganti, substitusi kepada DME," ujarnya.

Menurutnya, penggunaan batu bara untuk DME tidak semasif PLTU. Selain DME, substitusi elpiji impor menggunakan jaringan gas yang disambungkan ke rumah tangga dan kompor listrik.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER