Bisnis Ritel di Inggris Melonjak Sejak Toko Pakaian Dibuka
Penjualan ritel di Inggris melonjak sejak pemerintahan setempat melonggarkan penguncian wilayah (lockdown) di tengah pandemi covid-19. Penjualan ritel, berdasarkan volumenya, meningkat 9,2 persen pada April dibanding bulan sebelumnya.
Kantor Statistik Nasional Inggris menyebut penjualan ritel ditopang oleh permintaan pakaian. "Volume penjualan ritel tumbuh tajam, mencerminkan efek pelonggaran pembatasan sosial karena covid-19," tulisnya, dalam sebuah pernyataan dikutip AFP, Jumat (21/5).
Menurut data resmi, penjualan pakaian di Inggris meroket 70 persen pada April bila dibandingkan Maret. Peningkatan penjualan pakaian disinyalir karena masyarakat bersiap untuk ke luar rumah setelah pembatasan sosial selama setahun terakhir. Di samping alasan lain, yakni warga Inggris bersiap menyambut pergantian musim.
Lonjakan permintaan juga tampak pada bahan bakar minyak. "Permintaan untuk ritel non-esensial terus meningkat. Sambutan baik warga terlihat dari kunjungan mereka ke berbagai toko favorit," ungkap Kepala Konsorsium Ritel Inggris Helen Dickinson.
"Cuaca yang membaik selama April membuat penjualan produk mode lebih besar, terutama pakaian outdoor dan pakaian rajut. Warga ingin memperbarui koleksi lemari pakaian mereka dan membuat rencana bertemu teman dan keluarga di luar ruangan," sambung Dickinson.
Secara keseluruhan, penjualan ritel meroket 42,4 persen pada April 2021 dibanding April tahun lalu, yang merupakan bulan pertama penutupan wilayah Inggris karena covid-19. Namun, ada peralihan ritel kala itu ditopang dari penjualan online karena masyarakat mengunci diri di rumah.
Lihat juga:9 Negara yang Melegalkan Bitcoin |
Kendati demikian, ekonomi Inggris tetap saja jatuh. Inggris mencatat resesi pada kuartal II 2020 hingga minus 20,4 persen. Pada kuartal sebelumnya, yakni kuartal I 2020 lalu, ekonomi Inggris sudah minus 2,2 persen. Resesi Inggris tercatat terburuk dalam 300 tahun terakhir.
Sekarang, Inggris sudah melonggarkan pembatasan sosial, memungkinkan ekonomi negaranya pulih lebih cepat dari krisis karena pandemi covid-19.
Pun begitu, analis khawatir bahwa pembukaan kembali aktivitas ekonomi akan memicu lonjakan inflasi global.
Bulan lalu, inflasi Inggris melonjak menjadi 1,5 persen, level tertinggi sejak tahap awal pandemi covid-19.
Terapi Ritel
Analis Pialang Saham Hargreaves Lansdown Susannah Streeter menyebut pengecer mendapat dorongan luar biasa setelah musim dingin yang terasa panjang dan gelap akibat penguncian wilayah.
"Pembukaan toko dan pelonggaran pembatasan sosial membuat konsumen ingin memanjakan diri dengan terapi ritel setelah dilarang menjelajahi rak-rak pertokoan selama berbulan-bulan," imbuh dia.
Di Inggris dan Wales, ritel non-esensial dibuka kembali mulai 12 April lalu, dan 26 April di Skotlandia.
Tidak cuma itu, pesanan untuk makan dan minum di restoran, kafe, dan pub pun dibuka kembali dengan pembatasan jarak.
(bir)