PT PLN (Persero) mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,99 triliun sepanjang 2020. Keuntungan tersebut naik 38,6 persen setara Rp1,6 triliun dari tahun sebelumnya yakni Rp4,27 triliun.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan kenaikan laba tersebut ditopang oleh transformasi PLN yang fokus pada penurunan biaya pokok penyediaan dan peningkatan layanan.
"Korporasi beralih dari strategi supply driven ke demand driven, inovasi-inovasi menciptakan kebutuhan dari pelanggan baru dan eksisting, dan digitalisasi untuk menekan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Listrik," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (24/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pendapatan perseroan turun 3,9 persen dari Rp359,6 triliun pada 2019 menjadi Rp345,4 Triliun. Berkurangnya pendapatan perseroan disebabkan turunnya penjualan tenaga listrik dari Rp276,06 triliun menjadi Rp274,89 triliun.
Sementara itu, pendapatan perseroan dari penyambungan pelanggan turun dari Rp6,93 triliun menjadi Rp312,72 miliar, pendapatan subsidi listrik pemerintah turun dari Rp51,71 triliun menjadi Rp47,98 triliun, dan pendapatan kompensasi turun dari Rp22,25 triliun menjadi Rp17,9 triliun untuk 42 juta pelanggan.
"PLN beradaptasi dengan tantangan untuk menambah revenue perusahaan sekaligus mendukung perkembangan dunia industri, yaitu melalui akuisisi captive power di industri, elektrifikasi sektor agrikultur dan perikanan, serta migrasi ke kompor listrik atau electrifying lifestyle," terangnya.
Namun, perseroan berhasil menurunkan beban usaha dari Rp315,44 triliun di 2019 menjadi Rp301 triliun sepanjang tahun lalu. Artinya, ada pengurangan Rp14,4 triliun pada beban usahanya. Dengan demikian, perusahaan setrum itu masih bisa mengantongi laba.
"Dengan peningkatan laba bersih tersebut, terbukti bahwa program transformasi dapat kami katakan berjalan sesuai rencana dan target," ujarnya.