Saham Garuda Indonesia Turun 6 Persen Usai Kabar Utang Rp70 T
Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atau GIAA merosot dua hari berturut-turut, sejak Senin (24/5) hingga Selasa (25/5).
Terpantau, pada Senin lalu, saham anjlok 6,7 persen dan kembali turun 6,8 persen pada perdagangan hari ini, mendarat di level 274. Meski begitu, investor asing mencatatkan beli bersih senilai Rp335,64 juta pada Selasa (25/5).
Penurunan terjadi menyusul kabar bahwa perusahaan memiliki utang Rp70 triliun dan harus mengurangi jumlah karyawan untuk bertahan.
Sebuah rekaman yang beredar mengungkapkan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra yang menyampaikan kepada karyawan bakal menjalankan program pensiun dini karena tidak lagi memiliki pilihan lain.
"Tidak ada pilihan buat kami untuk eksekusi dan menjalankan yang tidak kami sukai dan hindari selama berbulan-bulan ini yakni upaya mengurangi pegawai," ujarnya dalam rekaman yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (24/5).
Program dibuka sejak 19 Mei hingga 19 Juni mendatang dan dijanjikan semua kewajiban perusahaan akan dibayarkan.
Beberapa perhitungan yang akan didapatkan oleh karyawan seperti pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang pengganti hak dan tiket konsesi. Irfan pun memaparkan akan menambahkan dua kali penghasilan bulanan dan kompensasi sisa cuti ditambah tunjangan tengah tahun 2020 dan 2021.
Ia juga menjanjikan akan membayar penghasilan yang selama ini masih tertunda. "Namun, bagi mereka yang tidak akan mengambil program ini maka tidak akan dibayarkan terlebih dahulu karena kondisi cash perusahaan mengkhawatirkan," tegas Irfan.
Langkah pengurangan karyawan ini sejalan dengan pengurangan armada pesawat menjadi 70 dari sekitar 140-an pesawat.
Irfan mengungkap saat ini utang perusahaan sudah mencapai Rp70 triliun dan bertambah Rp1 triliun setiap bulannya. Pertambahan utang ini karena pendapatan perusahaan tidak bisa menutup pengeluaran. Irfan memproyeksikan pendapatan Mei 2021 hanya sekitar US$56 juta.
Sedangkan pengeluaran masih ada sewa pesawat US$56 juta, maintenance US$20 juta, avtur US$20 juta, pegawai US$20 juta.
Baca juga:Semua Gerai Giant Tutup per Juli 2021 |
"Secara cash sudah negatif. Secara modal sudah minus Rp41 triliun," jelasnya.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai penurunan signifikan emiten dipicu oleh kabar negatif bahwa perusahaan memiliki utang Rp70 triliun dan harus mengurangi jumlah karyawan untuk bertahan.
Ia menyebut langkah perseroan melakukan pensiun dini kepada karyawan menjadi sinyal kalau perusahaan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pemulihan. Belum lagi kabar kalau perseroan bakal melakukan pengurangan armada dari 140-an menjadi 70. Ini dilihat sebagai pengurangan pendapatan yang besar bagi GIAA.
"Sepertinya melihat menurunnya dua hari ini dampaknya yang lebih besar pengaruhnya utang Rp70 triliun," katanya.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan menyebut sejak awal pandemi pemberitaan terkait dengan perusahaan penerbangan negara ini memang banyak negatif. Tak ayal, menurut Dennies, investor takut untuk menanamkan modal di sana.
"Investor pasti takut, apalagi sampai menawarkan pensiun ke karyawan. Antara pemangkasan besar-besaran atau bahkan bisa jadi lebih buruk dari itu," katanya kepada CNNIndonesia.com lewat pesan singkat, Selasa (25/5) sore.