Resep selamat berinvestasi lainnya dari Safir adalah membeli koin saat harga sedang jeblok atau murah. Jangan membeli uang kripto saat harga selangit.
Dalam menakar murah atau mahalnya aset digital, Safir mengaku memang sulit mematok harga tertentu. Murah untuk seseorang, bisa jadi mahal untuk investor lain. Sah-sah saja untuk mengukur harga murah masing-masing, misalnya dengan membaca grafik harga harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan.
Dengan aset bervolatilitas tinggi, saat harga sedang tinggi, risiko atau kemungkinan harga aset bakal turun relatif besar. Bila tidak mau 'nyangkut di pucuk', dia menyarankan untuk tidak beli saat harga selangit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, jangan sekaligus membeli dalam jumlah banyak. Misal, jika Anda mengalokasikan dana Rp10 juta, Anda bisa membeli secara bertahap di harga tertentu. Misal, bila Anda melakukan pembelian pertama sebanyak Rp2 juta di harga Rp1.000, Anda bisa mengakumulasi beli lagi di harga lebih rendah untuk menurunkan rata-rata harga beli (average down).
Bila harga malah naik, Safir tidak menyarankan untuk beli lagi.
Fear of Missing Out (FOMO) atau takut ketinggalan bisa menjadi tren yang merugikan kalau diikuti tanpa banyak pertimbangan. Safir mengingatkan untuk tidak berinvestasi hanya karena mendengar cerita sukses orang lain yang cuan. Tak mau ketinggalan bisa jadi resep celaka bila investasi dilakukan tanpa pengetahuan yang memadai.
Di saat pandemi ini, Safir melanjutkan, sudah banyak stres yang menghantui. Jangan menambah beban Anda dengan kehilangan uang tabungan dari investasi yang tidak jelas fundamentalnya.
Apalagi kalau ikut-ikutan ini bukan dari dana sendiri alias berhutang. Urusannya bisa panjang.
"Misal kita lihat aset kripto ini sedang menanjak naik, jangan ketinggalan kereta, kita harus beli lagi, masukin lagi, itu namanya FOMO," pungkasnya.