AS Bakal Kirim Kargo Lewat Roket Luar Angkasa
Amerika Serikat (AS) tengah menjajaki program pengiriman kargo kilat menggunakan roket luar angkasa. Hal itu ditandai dengan ditekennya perjanjian penelitian dan pengembangan kerja sama (CRADA) antara SpaceX and Exploration Architecture Corporation (XArc) untuk mempelajari konsep pemanfaatan pesawat luar angkasa sebagai moda transportasi cepat.
Melansir CNBC International, Senin (7/6), Angkatan Udara AS menyatakan eksperimen bernama Rocket Cargo itu dipimpin oleh Angkatan Luar Angkasa AS.
Program itu mencakup penelitian dan pengembangan kemampuan roket seperti mendarat di berbagai permukaan, menciptakan terminal pendaratan kargo roket untuk bongkar muat dengan cepat, dan menjatuhkan kargo dari udara apabila tidak memungkinkan pendaratan.
Untuk menjalankan program tersebut, Angkatan Udara AS membutuhkan anggaran hampir US$50 juta atau sekitar Rp715 miliar (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS).
Pengiriman kargo roket tersebut bakal menggunakan sistem perjalanan antariksa point-to-point. Dalam hal ini, mana roket luar angkasa akan diluncurkan hingga ke orbit bumi lalu kembali ke titik lokasi lain. Tim berharap kargo roket tersebut dapat mengangkut dengan kapasitas 30 hingga 100 ton.
Pemimpin Laboratorium Penelitian Angkatan Udara untuk program Rocket Kargo Greg Spanjers menerangkan standar kelayakan dari program pengiriman kargo roket tersebut mengacu pada program Sistem Pendaratan Manusia NASA di bulan.
Artinya, secara hipotesis, sistem pengiriman ini mampu membawa persediaan dari satu sisi Bumi ke sisi lain dalam waktu kurang dari satu jam.
Baca juga:Jokowi Resmi 'Haramkan' Investasi Miras |
"Kami berbicara dengan sejumlah penyedia (perusahaan roket luar angkasa) yang kami lihat berpotensi untuk datang untuk bersaing demi kontrak ini," ujar Spanjers.
Sejauh ini, Spanjers melihat SpaceX paling berpotensi sebagai perusahaan yang mengembangkan program pengiriman kargo. Namun, Spanjers mengungkapkan pihaknya juga melirik perusahaan lain selain milik konglomerat Elon Musk itu.
"SpaceX tentu saja yang paling terlihat, tidak diragukan lagi. (Namun) apa yang Anda coba lakukan adalah masuk ke lintasan orbit atau suborbital, menurunkan muatannya, dan mendaratkannya di Bumi. Ada banyak perusahaan yang memiliki kemampuan teknologi tersebut saat ini, tidak hanya SpaceX," ujar Spanjers.