Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan total pendapatan Rp62,66 triliun pada kuartal I 2021. Angka itu berbanding terbalik dibandingkan kuartal I 2020 yang rugi Rp460 miliar.
Rincinya, pendapatan premi menyumbang Rp57,45 triliun, hasil investasi senilai Rp2,44 triliun, klaim reasuransi Rp1,55 triliun, dan pendapatan lainnya sebesar Rp1,21 triliun.
"Kinerja industri asuransi jiwa di kuartal I 2021 mengalami peningkatan, perbaikan, di tengah tantangan pandemi covid-19," ujar Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon pada konferensi pers daring, Selasa (8/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pendapatan premi, produk unit link atau asuransi berbalut investasi masih menjadi produk favorit. Terjadi pertumbuhan 31,7 persen untuk unit link atau meraup pendapatan premi senilai Rp35,83 triliun.
Sementara, produk asuransi tradisional tumbuh 23,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi Rp21,62 triliun.
Untuk premi berdasarkan bisnisnya didominasi oleh premi bisnis baru sebesar Rp37,04 triliun dibandingkan premi lanjutan, yakni Rp20,41 triliun.
Ia menyebut ada beberapa alasan yang membuat premi asuransi kian laku. Pertama, edukasi dan literasi masyarakat terhadap asuransi yang membaik. Lalu, dampak pandemi yang membuat masyarakat lebih mawas soal perlindungan kesehatan.
"Kami menduga karena pasar investasi saat ini di mana tingkat deposito turun sangat signifikan dibandingkan tahun lalu, itu yang mendorong sebagian masyatakat mencari di mana dana mereka bisa diinvestasikan," katanya.
Dari sisi investasi dana kelola asuransi jiwa, terjadi rebound yang cukup signfikan dari rugi Rp47,83 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp2,44 triliun periode sama tahun ini.
Total investasi perusahaan asuransi jiwa yang tergabung dalam AAJI mencapai Rp511,01 triliun. Dana ditempatkan paling banyak di instrumen reksadana sebesar Rp170,95 triliun atau 33,5 persen.
Selanjutnya, saham sebesar 28,5 persen atau Rp145,73 triliun. Kemudian, surat berharga negara (SBN) senilai Rp89,45 triliun atau 17,5 persen. Berikutnya, deposito senilai Rp35,07 triliun, penyertaan langsung Rp11,08 triliun, dan lain-lain.