Dirut Garuda Akui Kontrak Sewa Pesawat Terlalu Mahal
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menyatakan seluruh kontrak penyewaan pesawat (leasing) maskapai nasional kemahalan.
Bahkan, ia menyebut kontrak untuk pesawat tipe Boeing 777 disewakan dengan harga dua kali lipat dari standar.
"Semua (kontrak penyewaan) kemahalan, semua kemahalan itu lah yang kami negosiasi kemarin. Tahun lalu sudah turun 30 persen, itu yang kemahalan, ini yang kami mau nego lagi," katanya pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (21/6).
Baca juga:1.099 Pegawai Garuda Setuju Pensiun Dini |
Menjabat sejak awal 2020 lalu, Irfan mengaku tak tahu dengan situasi pengambilan keputusan yang membuat perseroan menyetujui harga penyewaan kemahalan. Yang jelas, kontrak yang telah diteken menekan keuangan perseroan.
"Fakta yang ada di kami sangat sederhana. Triple seven (Boeing 777) itu kami sewa dua kali lipat dari harga standar industri," bebernya.
Irfan menyebut pihaknya tengah bernegosiasi dengan pihak penyewa (lessor) untuk menurunkan harga sewa serta mengeliminasi kewajiban ke depan dengan keluar dari kontrak secara baik-baik.
Namun, ia mengaku tak mudah mencari jalan tengahnya. Pasalnya, setiap kontrak yang ada memiliki 'pasal neraka' yang mengharuskan perusahaan untuk membayarkan kewajibannya tanpa terkecuali.
"Semua kontrak lessor kami punya pasal nerakanya. Apapun yang terjadi Anda harus bayar, semuanya seperti itu jadi kami harus hati-hati karena ini bisa jadi obligasi yang berkepanjangan," ujarnya.
Sejauh ini, ia menyebut sudah ada 2 lessor yang sepakat untuk mempercepat perjanjian dan utang akan diselesaikan lewat restrukturisasi.
Pada kesempatan sama, Anggota Komisi VI DPR Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Andre Rosiade meminta agar dilakukan audit khusus untuk mencari tahu alasan di balik kontrak mahal yang ditandatangani perseroan tersebut.
Ia menyebut bukti perlu disiapkan bila nanti perusahaan akan menempuh jalur pengadilan niaga untuk keluar dari kontrak tersebut.
"Sehingga nanti akhirnya harus ke pengadilan, kita punya modal dasar kalau ada kongkalikong, kita kasih modal temen-teman di Garuda ini untuk bertempur dengan lessor-lessor nakal itu," pungkasnya.