PT Kimia Farma (Persero) Tbk akan membuka pelayanan vaksin berbayar skema gotong royong untuk individu. Harga yang dibanderol senilai Rp321.660 per dosis dengan tarif maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp117.910 per dosis.
Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno Putro mengatakan aturan layanan vaksinasi gotong royong individu ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.
Ganti mengungkapkan jenis vaksin yang akan digunakan ialah Sinopharm, sesuai dengan aturan jenis vaksin gotong royong tidak boleh sama dengan program vaksinasi gratis pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk vaksin yang digunakan dalam vaksinasi gotong royong berbeda dengan vaksin program pemerintah. Jenis vaksin yang digunakan untuk vaksinasi gotong royong adalah Sinopharm," ungkap Ganti kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/7).
Namun, ia belum menjelaskan lebih lanjut berapa stok vaksin Sinopharm yang siap digelontorkan untuk layanan vaksin berbayar tersebut.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan total pasokan vaksin covid-19 di Indonesia mencapai 122 juta dosis. Jumlah itu campuran dari berbagai jenis, mulai dari Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, dan Moderna.
Jumlah stok vaksin jenis Sinopharm sendiri tercatat sebanyak 2 juta dosis. Artinya, jumlah vaksin Sinopharm hanya sekitar 16 persen dari total stok vaksin di dalam negeri.
Lantas, berapa potensi pendapatan dari penyelenggaraan vaksinasi gotong royong berbayar?
Berdasarkan hitung-hitungan, jika menggunakan asumsi seluruh stok vaksin Sinopharm yang berjumlah 2 juta lalu digunakan untuk vaksin berbayar dikalikan dengan harga vaksin gotong royong sebesar Rp321.660 per dosis, maka hasilnya Rp643,32 miliar.
Angka itu potensi pendapatan dari vaksinnya saja. Sementara, bila ditambah dengan pelayanan yang ditetapkan sebesar Rp117.910 per dosis lalu dikalikan dengan jumlah stok vaksin Sinopharm 2 juta dosis, hasilnya sebesar Rp235,82 miliar.
Dengan demikian, potensi pendapatan yang diraup dari pelayanan vaksin berbayar mencapai Rp879,14 miliar.
Ini baru dari segi pendapatan saja dan belum dikurangi beban biaya dalam menyelenggarakan vaksinasi gotong royong individu tersebut.
Semula, layanan vaksinasi gotong royong individu akan dimulai pada Senin (12/7). Namun, Kimia Farma menunda pelaksanaan tersebut.
Ganti menjelaskan manajemen akan memperpanjang waktu sosialisasi vaksinasi gotong royong individu. Selain itu, perusahaan juga sedang mengoptimalkan pengaturan pendaftaran calon peserta.
"Kami mohon maaf sekali lagi atas ketidaknyamanan ini. Namun, hal ini kami lakukan demi memberikan customer journey yang lebih prima," jelas Ganti.