Di mata dunia, Branson dikenal sebagai orang kaya dengan gurita bisnis di banyak sektor. Sebut saja, musik, maskapai penerbangan, kapal pesiar, kereta api, penerbitan majalah dan buku, hingga pesawat luar angkasa.
Di usianya yang tidak lagi muda, ia menikmati jerih payahnya dari rumah mewahnya di British Virgin Islands, Necker Island, yang dia beli seharga US$180 ribu pada 1978 silam.
Namun, siapa yang sangka ayah dari tiga anak itu kerap bangkit dari kegagalan-kegagalan bisnisnya. Ia pernah gagal dalam bisnis Virgin Cola, Virgin Cars, Virgin Publishing, Virgin Clothing, dan Virgin Brides.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puncak kegagalannya saat pandemi covid-19 melanda dunia pada awal 2020. Ia terpaksa merumahkan 3.000 karyawannya, serta mengurangi jumlah armadanya menjadi 35 unit demi menyelamatkan Virgin Atlantic dari kebangkrutan.
"Selama lima dekade saya berkecimpung dalam bisnis, ini adalah waktu paling menantang yang pernah kami hadapi. Kerusakan pada banyak hal belum pernah terjadi sebelumnya dan lamanya gangguan tetap mengkhawatirkan dan tidak tahu kapan akan berakhir," imbuh Branson.
"Saya kira, rahasia untuk bangkit kembali bukan hanya untuk tidak takut akan kegagalan, tetapi untuk menggunakannya sebagai alat motivasi dan belajar. Tidak ada yang salah dengan membuat kesalahan selama Anda tidak membuat kesalahan yang sama berulang-ulang," tandasnya menasehati.