Sederet Alasan Pemda Lamban Belanja Penanganan Corona

CNN Indonesia
Rabu, 28 Jul 2021 06:44 WIB
Sejumlah penda membeberkan alasan realisasi belanja penanganan covid-19 lamban. Padahal, belanja pemerintah diharapkan bisa membantu meringankan beban warga.
Sejumlah penda membeberkan alasan realisasi belanja penanganan covid-19 lamban. Padahal, belanja pemerintah diharapkan bisa membantu meringankan beban warga. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah pemerintah daerah (pemda) mengungkap berbagai alasan mengapa realisasi belanja penanganan dampak pandemi covid-19 masih lamban. Alasannya mulai dari sumber anggaran hingga teknis administrasi penggunaan dana.

Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah mengatakan alasan utama karena pemda perlu mencari dulu sumber anggaran yang bisa digunakan dari hasil realokasi dan refocusing belanja. Kendala ini terjadi untuk penyediaan anggaran penanganan covid-19 berupa pembayaran insentif bagi tenaga kesehatan (nakes).

"Untuk nakes ini misalnya sekarang kami harus cari sumber pendanaan baru melalui kegiatan yang tidak diadakan tahun ini, jadi kami alihkan karena harus cairkan sampai Rp14 miliar," ungkap Mahyeldi saat berdialog di CNN Indonesia TV, Selasa (27/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan lain karena penyaluran terkendala kualitas sumber daya manusia (SDM), misalnya untuk penyaluran bantuan sosial (bansos) ke desa. Selain itu, juga ada faktor pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat, termasuk bagi petugas pelaksana.

"Untuk penyaluran anggaran ke desa ini kita sudah 40 persen, ini memang ada keterlambatan karena masalah SDM di desa karena memang itu butuh pembinaan. Ya mudah-mudahan ke depan ini akan meningkat," katanya.

Sementara Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum mengungkapkan alasan lain, yaitu pemda ingin penggunaan anggaran tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian mengingat dana ini merupakan uang rakyat yang pertanggungjawabannya ada di pemda.

Kendala lain, kata Uu, juga berasal dari penyesuaian sistem pelaporan keuangan dari daerah ke pusat. Maka dari itu, berbagai urusan pencatatan administrasi dan input data ke sistem harus benar-benar dipastikan benar.

"Kami tetap harus ada unsur kehati-hatian karena ini uang negara yang harus dipertanggungjawabkan, bukan uang kakek nenek kita. Soal pencairan juga, ini supaya akhir tahun tidak ada SPJ yang terlewat dari bulan-bulan sebelumnya dan di akhir tahun semua beres," ujar Uu.

Selain itu, alasan lain adalah karena jadwal kerja pegawai pemda sempat terganggu dengan sistem kerja dari rumah (work from home/WFH). "Ya ini karena kesibukan kita saja juga, karena di sini yang ngantor tidak semua masuk, hanya sekian persen. Tapi ini kendala yang lama dan akan diantisipasi," imbuhnya.

Di sisi lain, Uu meminta bila ada keterlambatan penggunaan belanja dari pemda, ia ingin agar hal ini tidak diekspos besar-besaran oleh pemerintah pusat di media. Menurutnya, lebih baik langsung diberitahu saja ke pemda masing-masing.

"Kami mohon kalau ada kekurangan jangan di media, padahal bukan hanya (Pemprov) Jabar saja, tapi kenapa seolah-olah Jabar yang jadi fokus pembicaraan. Seolah-olah kami salah dan lemah, padahal kita juga manusia, kesempurnaan milik Allah. Tapi ya kami anggap ini pecutan untuk kami," ucapnya.

Cek respons Kementerian Dalam Negeri dan pengamat pada halaman berikutnya.

Masalah Klasik

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER