PT PLN (Persero) sedang menyiapkan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan kapasitas 360 Mega Watt (MW) dan sinergi BUMN sebesar 230 MW, sehingga totalnya 590 MW. Perusahaan pelat merah ini juga mengembangkan kapasitas PLTP yang telah beroperasi.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi mengatakan PLN bersinergi dengan Geodipa Energy dan Pertamina Geothermal Energy Portofolio PLTP PLN yang telah beroperasi dengan kapasitas total 572 MW dan menghasilkan listrik 4.128 GWh.
Agung mengatakan proyek pengembangan yang sedang berlangsung saat ini PLTP dengan kapasitas 590 MW. PLTP tersebut dapat menghasilkan listrik sebesar 4.651 GWh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Agung menyatakan terdapat tiga proyek PLTP yang akan beroperasi pada 2023 dan 2024. Pertama, PLTP Dieng Binary yang diperkirakan beroperasi pada 2023.
PLTP ini merupakan hasil kerja sama antara PLN Gas dan Geothermal serta GDE. Proyek ini ditargetkan dapat dimaksimalkan hingga 10 MW.
Kedua, PLTP Binary Lahendong dengan kapasitas 5 MW yang akan beroperasi pada 2023 mendatang. Proyek hasil kerja sama PLN Gas dan Geothermal serta PGE ini memiliki potensi hingga 30 MW.
Ketiga, PLTP Ulubelu Binary dengan kapasitas 10 MW yang bakal beroperasi komersial pada 2024. Proyek ini merupakan kerja sama PLN Gas dan Geothermal serta PGE.
"Keberhasilan ini merupakan hasil dari sinergi BUMN antara PLN, Pertamina Geothermal Energy, dan Geodipa Energy," ucap Agung dalam keterangan resmi, Kamis (29/7).
Lebih lanjut ia menjelaskan PLTP milik PLN yang sudah beroperasi saat ini, antara lain PLTP Ulubelu unit 1 dan 2 sebesar 110 MW, PLTP Mataloko 2,5 MW, PLTP Lahendong 80 MW, dan PLTP Ulumbu 10 MW.
Sementara, beberapa proyek yang masuk rencana PLN, antara lain Kepahiang sebesar 2x55 MW pada 2027, Tangkuban Perahu sebesar 2x20 MW pada 2026-2027, dan Ungaran sebesar 55 MW pada 2027.
Lalu, Oka Ille Ange sebesar 2x5 MW pada 2028, Atadei sebesar 2x5 MW pada 2027, Tulehu sebesar 2x10 MW pada 2025-2026, dan Songa Wayaua 2x5 MW pada 2025-2027.
Agung menyebut terdapat beberapa keunggulan dari pengembangan pembangkit yang bersumber dari sumber daya panas bumi, yakni berasal dari sumber daya alam, bisa terisi ulang, dapat menghasilkan energi berkelanjutan, dan dapat dipakai langsung ke pengguna akhir.
"Kemudian dapat menciptakan lapangan kerja, tidak ada polusi dan ramah lingkungan, tidak memerlukan lahan atau ruang luas, hanya membutuhkan 0,75 ha/MW," jelas Agung.