Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar mengatakan jumlah rata-rata penumpang MRT Jakarta turun 80 persen selama PPKM Darurat.
William mengatakan sebelum penerapan PPKM Darurat rata-rata penumpang MRT sebanyak 22.686 orang per hari. Namun, pada masa PPKM Darurat sejak 3 Juli 2021, rata-rata penumpang MRT 4.450 orang sehari.
"Bisa kami lihat awalnya di angka 40 ribu, jumlah penumpang Juli 4.450, jadi cuma 10 persen dari apa yang kami targetkan," kata William dalam webinar, Jumat (30/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama PPKM Darurat, pihaknya melakukan pembatasan penumpang, menutup sementara tiga stasiun, menutup sejumlah akses masuk (entrance), memberlakukan kewajiban Surat Tanda Registrasi Pegawai (STRP) kepada pekerja sektor esensial dan mengubah jam operasional harian.
Rata-rata jumlah penumpang harian jadi lebih rendah jika dihitung sejak PPKM Darurat dan PPKM Level 4 diberlakukan 3-28 Juli 2021. Jumlah penumpang harian menjadi 3.839 orang dengan total 99.820 penumpang pada periode tersebut.
Begitu STRP diterapkan pada 12 Juli lalu, William mengaku jumlah penumpang MRT jauh lebih turun. Bahkan sehari dia pernah mencatat hanya ada 491 orang penumpang.
Penurunan jumlah penumpang MRT tentunya berdampak pada pendapatan salah satu BUMD DKI Jakarta tersebut. William menjelaskan pihaknya memaksimalkan pendapatan yang berasal dari periklanan atau di luar pendapatan pengguna (non fare box/NFB).
"Untuk menutup turunnya pendapatan penumpang, yang kami dorong adalah memaksimalkan penerimaan 'non fare box'. Kedua, dari sisi belanja dan pengeluaran, kita minimalkan dan efisiensikan," jelasnya.
Pendapatan periklanan yang diperoleh melalui periklanan dalam dan luar stasiun, kerja sama layanan Telko, kerja sama penamaan stasiun, dan kerja sama pembayaran tiket tersebut menyumbang porsi 80 persen dari struktur pendapatan PT MRT Jakarta.
PT MRT mencatat pada 2019, pendapatan NFB mencapai Rp207,6 miliar. Angka ini meningkat pada 2020 menjadi Rp328,67 miliar.