Bank Indonesia (BI) menanggapi capaian pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II 2021 yang meroket 7,07 persen, sekaligus membawa RI keluar dari jurang resesi.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyebut capaian tersebut lebih baik dari ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan berada di kisaran 6 persen. Pencapaian ini pun dinilai akan memberikan efek domino yang positif terhadap pasar keuangan dalam negeri.
"Ekonomi kita di kuartal II yang lebih baik dari ekspektasi pasar. Ekspektasi 6,8 persen ternyata bisa mencapai 7,07 persen," kata Destry pada webinar LPPI bertajuk Local Currency Settlement, Kamis (5/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Destry, kinerja positif tersebut merupakan buah dari kerja sama antara pemerintah dan lembaga keuangan seperti BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di tengah pandemi.
Selain itu, ia menyebut pencapaian tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti negara mitra RI yang sudah lebih dulu mampu mencapai kinerja positif. Negara yang sudah lebih dulu pulih seperti China, AS, dan Vietnam.
"Dengan ekonomi global meningkat, kita bisa riding the wave yang terjadi di ekonomi global," imbuh dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 melesat 7,07 persen. Bila dibandingkan secara kuartalan maupun tahunan, pertumbuhan yang terjadi pada kuartal II ini lebih tinggi dari kuartal I 2021 yang minus 0,74 persen dan kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen.
Sementara secara akumulatif, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,1 persen pada semester I 2021 dari semester I 2020. Menurut Kepala BPS Margo Yuwono, komponen utama penopang ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Sekitar 84,93 persen PDB berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Artinya, pertumbuhan konsumsi dan investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," ujar Kepala BPS Margo Yuwono saat pengumuman data ekonomi Indonesia kuartal II 2021 secara virtual, Kamis (5/8).