Li Auto, Pesaing Tesla IPO di Hong Kong Senilai US$1,5 Miliar
Perusahaan mobil listrik asal China Li Auto melantai di bursa Hong Kong, Kamis (12/8). Sayangnya, harga saham Li Auto merosot usai penjualan perdananya karena investor semakin gelisah atas peraturan Beijing terhadap perusahaan teknologi dan industri lainnya.
Dilansir dari AFP, perusahaan mengumpulkan US$1,5 miliar dalam IPO, namun sahamnya merosot ke HK$116,80 pada awal perdagangan, turun dari harga IPO HK$118.
Li Auto adalah perusahaan kendaraan listrik China kedua yang mengumumkan IPO sekunder, menyusul penawaran umum perdana saingannya yakni XPeng bulan lalu.
Li Auto menjadi salah satu dari banyak perusahaan yang berbondong-bondong menggelar IPO sekunder selama setahun terakhir karena perusahaan menjaga risiko dikeluarkan dari bursa AS.
Seperti diketahui, China sedang memperketat pengawasan pada perusahaan di negaranya. Sentilan Pemerintah China kepada perusahaan swasta kelas kakap di negaranya, seperti Alibaba dan Tencent, membuat nilai kapitalisasi pasar sebesar US$1,2 triliun (setara Rp17.175 triliun) menguap begitu saja.
Kondisi ini mengkhawatirkan masa depan inovasi di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Pemerintah China mengklaim tindakan tersebut sebagai upaya untuk melindungi ekonomi dan masyarakat dari ketidakstabilan.
Selain itu, Pemerintah China ingin mengurangi kekhawatiran mengenai pekerjaan yang berlebihan, privasi data dan ketidaksetaraan dalam pendidikan.
Lihat Juga : |
Namun, dilansir CNN Business, Rabu (4/8), sejumlah pengamat justru memiliki pandangan yang berbeda. Mereka menilai tindakan keras Pemerintah China itu bertujuan untuk mengendalikan perusahaan, terutama sektor swasta.
Sikap keras Pemerintah China kepada perusahaan swasta dimulai dari sektor teknologi, yakni kepada Ant Group. Pemerintah meminta Ant Group merestrukturisasi operasionalnya, sehingga perusahaan yang terkenal dengan dengan aplikasi pembayaran Alipay itu menunda rencana IPO.
Tak hanya berhenti di situ, Pemerintah China juga mengenakan denda kepada Alibaba (BABA) sebesar US$2,8 miliar. Denda dibebankan kepada perusahaan besutan Jack Ma lantaran dugaan melakukan praktik monopoli.