Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,03 persen pada perdagangan pekan lalu, terkoreksi ke level 6.139. Investor asing mencatatkan penjualan bersih senilai Rp846 miliar untuk periode sama.
CEO Sucor Sekuritas Bernadus Setya Ananda Wijaya memproyeksikan perdagangan pekan ini bakal terbatas (sideways) dengan rentang perdagangan di kisaran 6.100-6.210.
Melihat perdagangan indeks Dow Jones pada Jumat (13/8) lalu yang sempat menguat signifikan namun terkoreksi dan berakhir naik tipis 0,04 persen, Bernard menilai meluasnya varian Delta masih menjadi kekhawatiran investor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Menurut dia, penyebaran varian Delta covid-19 masih akan menjadi sentimen utama yang membayangi indeks dalam negeri.
Di sisi lain, Indeks Konsumsi AS untuk pekan kedua Agustus terjun bebas ke posisi terendah 10 tahun terakhir, 70,2 dari posisi sebelumnya di 81,2 persen.
"Ini menunjukkan varian delta covid-19 berdampak pada konsumen," katanya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (15/8).
Bernard memprediksikan pergerakan indeks pekan ini akan didominasi oleh saham komoditas, ditopang oleh kenaikan harga batu bara, CPO, nikel, dan timah. Seperti harga batu bara kontrak acuan Newcastle melonjak kisaran 3 persen sepekan terakhir dan dijual seharga US$172/ton.
Sehingga, para analis berekspektasi periode supercycle atau periode kenaikan harga komoditas secara signifikan bakal mengangkat kinerja perusahaan terkait.
Ia mencontohkan saham PT PP London Sumatra Indonesian Tbk (LSIP) yang mencetak kinerja gemilang dengan pertumbuhan laba bersih lebih dari 400 persen secara tahunan pada semester I 2021 atau senilai Rp501 miliar.
Kenaikan laba ditopang oleh pendapatan, LSIP membukukan pendapatan dari kontrak pelanggan sebesar Rp2,17 triliun, naik 39,1 persen dibandingkan semester I 2020.
Pekan ini, ia menyebut investor bakal memantau ketat beberapa perusahaan komoditas lain yang belum merilis laporan keuangan kuartal II atau semester I lalu, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau ANTM.
"Harga komoditas di kuartal II berdampak pada harga saham, ini akan menjadi sentimen baik untuk para investor mulai diversifikasi ke emiten yang berhubunagn dengan komoditas," jelasnya.
Ia menyebut kenaikan sektor komoditas terjadi seiring dengan koreksi di sektor teknologi, dipimpin oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Selain BUKA, ia mengatakan saham-saham bank digital juga tertekan.
Kendati tak dapat berkomentar banyak terkait prospek BUKA, namun ia menyebut sektor teknologi bakal bergerak seirama dengan dinamika BUKA. "Emiten teknologi mungkin akan mengikuti pergerakan BUKA. Kalau BUKA masih tertekan, ada potensi tertekan, tapi yang perlu kita lirik adalah emiten komoditas," beber dia.
Pekan ini, Bernard merekomendasikan tiga saham, yakni LSIP ditopang kinerja apik. Ia memasang harga target di level 1.630.
Kemudian, PTBA dengan ekspektasi kinerja positif pada kuartal II dan III 2021 ditopang harga batu bara. Ia memasang harga target di level 3.030.
Lalu, ia menilai PT United Tractors Tbk (UNTR) juga bakal kebagian efek domino dari geliat sektor komoditas. Ia memproyeksikan bisnis penyedia mesin konstruksi dan alat berat bakal laku, sehingga ia memasang harga target di kisaran Rp30 ribu.
Di sisi lain, ia menambahkan bahwa pengumuman perpanjangan atau pelonggaran PPKM yang berakhir pada hari ini, Senin (16/8) juga bakal menjadi sentimen di pasar. Sudah diperpanjang 5 minggu sejak 3 Juli lalu, ia menilai berlarutnya pembukaan ekonomi bakal memukul kinerja kuartal III 2021 sekaligus pasar modal.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menilai pelonggaran PPKM bisa terjadi lebih awal dari penyataan pemerintah sebelumnya, yakni membuka ekonomi bertahap pada September mendatang.
"Mengingat penurunan kasus harian di Jakarta telah mengungguli kasus nasional lebih dari 70 persen dari puncaknya, kemungkinan besar langkah menuju pelonggaran bisa terjadi lebih cepat," katanya seperti dikutip dari riset.
Sementara, ia menyebut mayoritas laporan keuangan emiten yang lebih baik dari konsensus menjadi sentimen positif bagi pasar. Per 3 Agustus, 44 persen perusahaan terpantau berkinerja lebih baik dari proyeksi, 38 persen perusahaan sesuai konsensus, dan sisanya di bawah ekspektasi investor.
Di sisi lain, melihat prospek jangka panjang ekonomi digital RI, ia menilai BUKA memiliki masa depan cerah sehingga melenggang masuk di daftar pilihan (top picks) Mirae Asset Agustus 2021.
Menurut riset yang dilakukan Bain, Google, dan Temasek, diprediksi belanja online bakal berlanjut pasca covid-19 nanti ditopang oleh penetrasi internet dan smartphone di Indonesia yang mencapai masing-masing 74 persen dan 60 persen.
"Kami perkirakan perusahaan raksasa teknologi seperti BUKA dan GoTo bakal mampu meraup untung (monetize) tren kenaikan ekonomi digital di Indonesia," lanjutnya.
Selain BUKA, ia juga memilih PRDA, HEAL, TOWR, BBNI, BTPS, SCMA, dan MAPI.