Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut pemerintah perlu mempertimbangkan faktor geopolitik dunia dalam memasang target.
Salah satunya, eskalasi yang tengah terjadi di Timur Tengah pasca Taliban menguasai ibu kota Afganistan. Hal ini bakal berdampak pada kenaikan harga minyak mentah.
Isu lain berkaitan dengan tappering off bank sentral negara maju, seperti AS. Dia mengatakan faktor tersebut bisa menekan nilai tukar rupiah maupun tingkat bunga lelang SBN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintah pede sekali rupiah bisa Rp14.350 di 2022, padahal ketidakpastian eksternalnya cukup besar," kata Bhima.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi RI sebesar 5 persen-5,5 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022.
Angka ini lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2021, yakni 5 persen.
Namun, Jokowi mengaku masih mewaspadai perkembangan covid-19 yang masih sangat dinamis. Selain itu, ia menuturkan ketidakpastian global dan domestik dapat menyumbang risiko bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.
Karenanya, kata Jokowi, pemerintah akan menggunakan seluruh sumber daya, analisis ilmiah, dan pandangan ahli untuk terus mengendalikan pandemi, sehingga pemulihan ekonomi dan kesejahteraan sosial dapat dijaga serta dipercepat.
(wel/agt)