Memahami Tapering Off dan Imbasnya Bagi Ekonomi RI

CNN Indonesia
Senin, 23 Agu 2021 18:38 WIB
Ekonom menilai tapering off bank sentral AS bisa berimbas ke Indonesia lewat pelemahan nilai tukar rupiah, sehingga dana asing keluar deras.
Ekonom menilai tapering off bank sentral AS bisa berimbas ke Indonesia lewat pelemahan nilai tukar rupiah, sehingga dana asing keluar deras. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Istilah tapering off terus berdengung akhir-akhir ini, seiring kuatnya sinyal dari bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, mengetatkan kebijakan moneter Negeri Paman Sam.

Tapering off sendiri merujuk pada keputusan The Fed mengurangi stimulus moneter yang dikeluarkan saat perekonomian sedang terancam dan membutuhkan likuiditas.

Likuiditas bisa diberikan dalam bentuk pemangkasan acuan suku bunga bank ke level sangat rendah, bahkan mendekati 0 persen guna mendorong pelaku usaha mengambil pinjaman agar peredaran uang terjaga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, juga dilakukan lewat pembelian surat utang negara guna memastikan pemerintah memiliki likuiditas cukup dalam pembiayaan selama menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut tapering off bakal terjadi ketika The Fed menilai ekonomi AS telah mengalami perbaikan dan tidak lagi membutuhkan uluran tangan negara.

Adapun indikator pengukur kapan tapering off dilaksanakan adalah stabilitas inflasi, tingkat pengangguran menuju normal, hingga pemulihan tingkat kredit atau pinjaman yang menandakan ekonomi mulai bergairah.

Bercermin pada 2013, penarikan stimulus moneter The Fed menyebabkan kepanikan atau yang dikenal dengan taper tantrum. Kala itu, Morgan Stanley mengelompokkan 5 negara dalam kelompok The Fragile Five atau 5 ekonomi rentan karena tingginya ketergantungannya terhadap dana asing.

Kelima negara tersebut adalah Indonesia, India, Brasil, Afrika Selatan, dan Turki. Masuk dalam kategori riskan, maka tidak heran dampak tapering off sangat signifikan dirasakan oleh Indonesia.

Bhima menyebut salah satu dampak terbesar yang terjadi selama tapering off adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena selama tapering off investor global bakal memburu dolar AS.

Pada 2013 silam, ia menyebut nilai tukar rupiah terhadap dolar anjlok dari kisaran Rp10 ribu per dolar AS menjadi Rp14.600-an per dolar AS.

"Ini mengakibatkan keluarnya dana asing dari negara berkembang berpindah ke AS atau ke sektor usaha dan investasi yang aman," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (23/8).

[Gambas:Video CNN]

Untuk mengatasi dampak tapering off, ia menyebut Bank Indonesia (BI) harus menaikkan tingkat suku bunga acuan guna menahan arus modal keluar (capital outflow) dari Indonesia. Bila sudah begitu, konsekuensinya harga surat berharga atau obligasi RI bakal naik. Menarik bagi investor, namun boncosbagi pemerintah.

Tak hanya berdampak bagi sektor keuangan, tapering off juga berdampak bagi sektor riil dan masyarakat langsung. Salah satunya, kenaikan harga barang atau inflasi.

Bhima menjelaskan inflasi dipicu pelemahan rupiah. Saat dolar AS menguat, maka harga bahan baku dan penolong yang berasal dari impor bakal naik. Kemudian, ini yang mengakibatkan harga produk jadi makin mahal.

Salah satu sektor yang rentan mengalami kenaikan harga adalah properti. Bhima mengatakan material pembangunan rumah yang kerap diimpor membuat harga rumah melonjak. "Ini berpotensi menekan daya beli masyarakat, di mana ekonomi masyarakat masih dalam tahap pemulihan," imbuhnya.

Untuk pelaku usaha, Bhima menyebut dampak yang dirasakan adalah semakin mahal atau besarnya modal yang dibutuhkan untuk berusaha. Pasalnya, bahan baku menjadi mahal dan pinjaman dari bank juga melonjak akibat kenaikan suku bunga acuan BI.

Ia menyebut ada kekhawatiran bakal terjadi efisiensi alias pemangkasan tenaga kerja akibat tingginya biaya operasional.

Melihat besarnya dampak dari tapering off, ia mengingatkan BI agar mengantisipasi dampaknya dari jauh-jauh hari. Ia menjabarkan BI harus mendorong ekspor, menggemukkan cadangan devisa, dan menggenjot investasi langsung guna mempersempit dampak tapering off kali ini.

"(Seberapa besar dampak) bergantung pada pemerintah dan BI mengendalikan fluktuasi modal asing yang keluar," pungkasnya.

(wel/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER