Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 persen pada kuartal II 2021 lalu bukan jaminan pemulihan ekonomi.
Memang, capaian pertumbuhan ekonomi melesat dibandingkan minus 0,74 persen pada kuartal I 2021 dan minus 5,32 persen pada kuartal II 2020.
"Namun, ini (pertumbuhan ekonomi 7,07 persen) bukan jaminan pemulihan dan rebound (perekonomian)," ungkapnya dalam acara 5th AIFC The Role of Islamic Finance in Promoting Economic Recovery, Rabu (25/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh sebab itu, ia mengatakan pemerintah tidak berhenti melakukan perhitungan ulang terhadap kebijakan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.
Pemerintah juga telah menyiapkan anggaran pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp744,77 triliun di sepanjang tahun ini.
"Kami harus terus mengkalibrasi ulang dan merumuskan kembali kebijakan agar dapat terus melindungi masyarakat dari covid. Melindungi masyarakat dari situasi ekonomi yang terkena dampak signifikan, karena covid dan juga untuk memulihkan ekonomi," ujarnya.
Ani, sapaan akrabnya, mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi per Juni 2021 lalu ditopang oleh pergerakan semua mesin ekonomi.
Mulai dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,93 persen (yoy) dan investasi 7,54 persen, dengan kontribusi kedua sektor itu kepada PDB mencapai 84,93 persen.
Lalu, ekspor berhasil melesat 31,78 persen (yoy). Namun, bendahara negara mengatakan pemulihan mesin perekonomian itu masih terlalu dini.
"Jadi, ini semua adalah data yang sangat bagus yang menunjukkan bahwa terjadi pemulihan ekonomi. Tetapi, ini masih sangat awal sehingga perlu dipertahankan," tandasnya.