Stafsus Erick Puji PTPN Karena Restrukturisasi Utang Rp4,1 T
Holding PT Perkebunan Nusantara (Persero) atau PTPN telah merestrukturisasi utang perusahaan sebesar Rp4,1 triliun pada tahun ini. Selain menutup utang, BUMN perkebunan itu dinilai sukses menyulap keuangan dari rugi Rp1,1 triliun pada Juni 2020 menjadi laba Rp1,45 triliun pada Juni 2021.
Laba yang naik dua kali lipat itu ditunjang oleh pendapatan yang tumbuh 36,37 persen secara tahunan mencapai Rp21,26 triliun. Bahkan, perolehan laba ini telah mencapai 120,34 persen dari target yang tertuang di Rencana Kerja dan Anggaran Perusaahan (RKAP).
Gemuknya kantong pendapatan terjadi berkat kenaikan margin pendapatan (EBITDA) mencapai 245,34 persen mencapai Rp5,46 triliun. Di saat bersamaan, BUMN itu berhasil mengurangi biaya operasional perusahaan melalui efisiensi mencapai Rp599,18 miliar.
Lihat Juga : |
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengklaim keberhasilan restrukturisasi utang dan pembalikan kinerja keuangan PTPN merupakan bukti dari keseriusan transformasi perusahaan pelat merah. Hal ini tak lepas dari peran dan jurus Menteri BUMN Erick Thohir.
"Pak Erick Thohir melakukan perubahan besar dalam restrukturisasi. Kemudian transformasi dan meningkatkan kinerja mereka," tutur Arya kepada awak media, Jumat (27/8).
"Padahal kita tahu, utangnya PTPN ini berapa triliun, selama ini mereka megap-megap dan susah untuk berkembang. Sekarang mereka berhasil. Untungnya naik dua kali lipat dari rugi menjadi untung," sambungnya.
Arya menjelaskan jurus-jurus yang dilakukan Erick. Pertama, transformasi kepengurusan. Hal ini dilakukan dengan merombak manajemen perusahaan secara drastis.
"Dulu kan PTPN ini direksinya gemuk, komisarisnya gemuk. Sekarang mereka direksinya hanya satu tiap anak perusahaan, hanya satu, satu, satu, semua satu direksinya, komisaris paling banyak dua di tiap perusahaan PTPN. Ini kan perubahan besar," jelasnya.
Kedua, menerapkan digitalisasi. Menurutnya, PTPN dulu cukup tradisional, tapi sekarang menggunakan sistem IT tingkat tinggi, tepatnya level 4. "Ini cuma tiga BUMN yang masuk ke level itu," imbuhnya.
Ketiga, efisiensi. Arya mengklaim hasil efisiensi bahkan bisa membuat perusahaan menunaikan berbagai kewajibannya yang sempat tertunda. "Ada pensiun yang tidak dibayar, sekarang sudah mulai dibayar, meski memang belum semua totalnya, tapi bertahap," ucapnya.
Direktur Utama Holding PTPN Mohammad Abdul Ghani menambahkan kinerja cemerlang didapat dari peningkatan produksi dan nilai tambah melalui hilirisasi. Salah satunya tercatat produksi minyak kelapa sawit (CPO) meningkat 19 persen dengan penurunan biaya produksi sekitar 14 persen.
Selain itu, perusahaan juga melakukan efisiensi biaya logistik, kemitraan strategis, hingga pengadaan barang dan jasa secara terintegrasi melalui bantuan aplikasi dan internet. Sementara itu, untuk restrukturisasi berhasil dilakukan karena mendapat pencairan dana investasi dari pemerintah.
"Ini merupakan bentuk kepercayaan kreditur dalam mendukung upaya transformasi PTPN Group sekaligus menandai terpenuhinya persyaratan pencairan dana investasi pemerintah dalam rangka PEN," tutur Ghani.
Tidak ketinggalan, perusahaan juga berhasil memperkuat bisnis ritel dengan meluncurkan produk NUSAKITA untuk komoditas minyak goreng, gula, teh, dan kopi.