KAI Ungkap RI 'Nunggak' Setor Modal Kereta Cepat Rp4,3 T

CNN Indonesia
Rabu, 01 Sep 2021 16:40 WIB
PT KAI (Persero) membeberkan Indonesia belum menyerahkan modal awal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung senilai Rp4,3 triliun.
PT KAI (Persero) membeberkan Indonesia belum menyerahkan modal awal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung senilai Rp4,3 triliun. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT KAI (Persero) mengungkapkan Indonesia belum menyetor modal awal senilai Rp4,3 triliun proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Direktur Keuangan & Manajemen Risiko KAI Salusra Wijaya mengungkapkan setoran modal tersebut seharusnya dipenuhi pada Desember 2020 lalu.

Bila mengacu pada ketentuan, ia menyebut secara hukum pihak Indonesia sudah mengalami event of default. Untuk menghindari hal tersebut, ia menyebut pihaknya mengajukan penundaan setoran menjadi Mei 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, hingga kini, belum ada jawaban yang didapat dari pihak konsorsium kontraktor High Speed Railway Contractors Consortium (HSRCC) baik untuk penundaan setoran maupun permintaan restrukturisasi kredit proyek.

"Persyaratan awal dari kami yaitu setoran modal itu belum kami penuhi, itu basic sekali jadi pent-up capital belum setor lagi sehingga total Rp4,3 triliun," kata dia pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (1/9).

Ia menyebut angka tersebut belum termasuk estimasi tanggung jawab sponsor dalam membiayai pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar Rp4,1 triliun.

Lebih rinci, ia mengestimasikan kenaikan biaya proyek sebesar US$1,4 miliar-US$1,9 miliar. Bila sebelumnya struktur pendanaan proyek senilai US$6,07 miliar, kini proyek diestimasikan membutuhkan pendanaan sekitar US$8 miliar.

Itu pun, lanjutnya, sudah turun dari prediksi sebelumnya yang mencapai US$8,6 miliar. Penurunan berkat berbagai upaya efisiensi seperti memangkas biaya, pemangkasan pembangunan stasiun, dan lainnya.

"Tadi perkiraannya berkembang menjadi US$8,6 miliar, waktu itu diestimasi pada November 2020 oleh konsultan KCIC," imbuhnya.

Pada kesempatan sama, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mewanti-wanti potensi KCIC membebani keuangan negara. Kata dia, peringatan tersebut berasal dari kajian konsultan independen.

"Apa yang akan terjadi dengan pola operasi kereta cepat ini apabila dibiarkan seperti ini? Kekhawatiran Bapak sekalian akan membebani keuangan negara, persis akan terjadi," kata dia.

Di sisi lain, ia mengakui komunikasi antara RI dan China dalam proyek tersebut kurang lancar. Pasalnya, pemimpin (lead) dari proyek adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk selaku perusahaan konstruksi, sementara proyek yang dibangun adalah kereta api cepat.

"Selama ini komunikasi antara Indonesia dan China tidak smooth, sekarang bisa bayangkan lead proyek ini adalah Wijaya Karya, itu perusahaan konstruksi sekarang yang dibangun kereta api," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(wel/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER