PT KAI (Persero) memprediksi perusahaan masih akan mencatat kerugian sekitar Rp700 miliar tahun ini akibat merosotnya jumlah penumpang kereta api (KA).
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko KAI Salusra Wijaya mengungkapkan proyeksi rugi tahun ini lebih baik dari kerugian tahun lalu yang mencapai Rp1,7 triliun.
Salusra memaparkan, dari penurunan penumpang hingga 70 persen, perusahaan diperkirakan kehilangan pendapatan sebesar Rp7 triliun. Namun, dengan berbagai efisiensi, kerugian bisa ditekan menjadi Rp700 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kerugian 2021 diharapkan bisa berkurang dari Rp1,7 triliun menjadi maksimal Rp700 miliar di 2021," jelas dia pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (1/9).
Dia menjelaskan bahwa sebelum pandemi pendapatan dari angkutan penumpang berkontribusi 40 persen dari total pendapatan usaha perseroan. Dengan pemberlakukan PPKM, pendapatan pun menurun drastis.
Dari catatan KAI, sebelum pandemi atau pada 2019, KAI mampu mengangkut 428,3 juta penumpang. Kemudian, pada 2020 volume penumpang anjlok menjadi 186,8 juta. Sedangkan tahun ini diperkirakan terjadi pertumbuhan dibandingkan 2020 menjadi 214,5 juta.
Sebelumnya, perseroan mempublikasikan kinerja perusahaan pada kuartal I 2021. Tercatat, perusahaan rugi Rp315,9 miliar pada periode tersebut. Kondisi ini berbanding terbalik dengan periode sama tahun sebelumnya di mana perseroan masih mencetak laba sebesar Rp276,7 miliar.
Perusahaan pelat merah itu tekor karena pendapatan tergerus dari Rp5,3 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp3,4 triliun pada kuartal I 2021. Hal ini terjadi karena okupansi penumpang turun selama pandemi.