Gubernur BI Sebut Kasus Korporasi China Bisa Pukul Pasar RI

CNN Indonesia
Selasa, 21 Sep 2021 17:11 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai isu gagal bayar korporasi China berpengaruh terhadap ketidakpastian pasar keuangan global, tak terkecuali Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai isu gagal bayar korporasi China berpengaruh terhadap ketidakpastian pasar keuangan global, tak terkecuali Indonesia. (Dokumentasi: BI/Istimewa).
Jakarta, CNN Indonesia --

Gubernur BI Perry Warjiyo menilai isu gagal bayar korporasi China berpengaruh terhadap ketidakpastian pasar keuangan global, tak terkecuali Indonesia.

Ia menyebut dampak gagal bayar tersebut memukul pasar modal Indonesia. Kendati begitu, Perry percaya kondisi fundamental ekonomi RI bakal lebih menonjol dibandingkan kondisi teknikal global.

"Memang karena berpengaruh ke pasar modal global memang ada pengaruhnya terhadap pasar modal Indonesia. Lebih karena faktor eksternal bukan faktor domestik, itu yang bisa kami simpulkan," katanya dalam konferensi pers hasil RDG BI periode September 2021 secara virtual, Selasa (21/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Perry menyampaikan isu gagal bayar korporasi Negeri Tirai Bambu tampak tidak mempengaruhi portofolio investasi di RI. Ini tercermin dari catatan arus modal masuk (net inflow) senilai US$1,5 miliar pada periode Juli-17 September 2021.

Sedangkan, ia melihat tidak ada pengaruh isu tersebut terhadap kinerja pasar SBN Indonesia. Isu tersebut, kata Perry, menjadi salah satu faktor yang membuat nilai tukar rupiah perkasa akhir-akhir ini.

BI mencatat per 20 September, nilai tukar rupiah menguat menguat 0,94 persen secara rerata dan 0,18 persen secara point to point dibandingkan dengan level Agustus 2021.

"Sedangkan di pasar SBN dan pasar nilai tukar dampaknya memang tidak banyak, bahkan aliran masuk investasi portofolio Juli-17 September terjadi inflow," kata dia.

Sebagai informasi, akhir-akhir ini isu gagal bayar korporasi menghiasi pemberitaan media China, salah satunya perihal masalah keuangan Evergrande.

Sebagian pihak khawatir masalah raksasa real estate China ini akan seperti Lehman Brothers, raksasa perbankan AS yang bangkrut pada 2008 dan memicu krisis keuangan global.

Evergrande dilaporkan terlilit utang US$300 miliar atau Rp4.277 triliun (asumsi kurs Rp14.256 per dolar AS) dan terancam bangkrut. Raksasa real-estate asal China tersebut mengisyaratkan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utang.

Dilansir dari AFP, perusahaan mengakui sedang menghadapi kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, mereka membantah dikatakan bangkrut.

[Gambas:Video CNN]



(wel/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER