Jakarta, CNN Indonesia --
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,03 persen ke posisi 6.114 pada akhir perdagangan Jumat (24/9) pekan lalu. Investor asing mencatatkan beli bersih atau net buy senilai Rp1,59 triliun.
Pengamat Pasar Modal MNC Asset Management Edwin Sebayang memproyeksikan saham masih akan bergerak secara terbatas. Dari sisi teknikal, ia menilai indeks akan bergerak dalam rentang 6.100 hingga 6.250.
Edwin menyebutkan pergerakan indeks akan dibumbui oleh sentimen yang sudah lama berhembus dalam beberapa bulan terakhir, seperti tapering off The Fed hingga kasus covid-19. Namun ia memproyeksikan aksi tapering off akan dimulai pada penghujung tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapering diperkirakan mulai di Desember sebesar US$20 miliar per bulannya," ujar Edwin kepada CNNIndonesia.com, Minggu (26/9).
IA memperkirakan aksi bank sentral Amerika Serikat itu akan selesai Mei 2022. Dengan demikian, suku bunga The Fed Federal Funds Rate (FFR) akan berpeluang naik di Juni 2022 sebesar 0,25 persen atau 25 bps.
Kalau benar, ia turut menyebut pasar modal Indonesia akan terkena dampaknya. Namun, dampak akan mulai dirasakan pada Januari 2022.
Dalam waktu dekat ini, indeks masih dapat angin segar dari penurunan jumlah kasus positif covid-19. Selain itu, indeks juga mendapatkan sentimen positif dari harga komoditas pertambangan.
Walau tidak semua jenis komoditas tambang, Edwin mengatakan setidaknya ada timah, nikel, batu bara, dan minyak mentah yang bersinar dan bisa memberikan angin segar bagi indeks dalam dua pekan ke depan.
Selama sepekan ke depan, ia menyebut beberapa saham yang menarik untuk dikoleksi. Di antaranya saham perusahaan pertambangan seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan target di posisi support 1.425 dan resistance di 1.600.
Masih di sektor pertambangan, ia menyebut saham PT United Tractors Tbk (UNTR) juga cukup menarik untuk dikoleksi dengan posisi support 21.575 dan resistance di 23.575. Ia merekomendasikan untuk membeli emiten ini pada posisi 22.075.
Lalu ada, PT Timah Tbk (TINS) yang sangat direkomendasikan oleh Edwin untuk dibeli pada angka 1.540. Ia menargetkan saham emiten ini akan menyentuh posisi 1.640 dengan posisi support di 1.500.
Selain itu, saham pertambangan yang masih menarik untuk dilirik ialah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), hingga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Di luar itu, saham perusahaan rintisan yang baru saja listing di bursa pada 29 Juli lalu yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga menarik untuk dimiliki.
Emiten perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ia targetkan akan ada di posisi support 3.780 dan resistance di 3.900. Ia menyarankan untuk membeli saham ini pada posisi 3.820.
PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) bisa juga menjadi incaran para investor dengan target beli di posisi 9.475. Emiten ini ditargetkan akan menyentuh posisi 9.975 dan posisi support 9.075.
Namun, Edwin menyarankan bagi para investor untuk membeli saham berdasarkan beberapa kriteria seperti valuasi, corporate action, hingga momentum yang tepat.
Analis OSO Sekuritas Riska Afriani menilai dalam sebulan terakhir kecenderungan investor menanamkan modalnya berorientasi jangka panjang. Ini dibuktikan dengan transaksi bulanan yang telah mencapai Rp6,22 triliun di pasar modal.
Selain itu, penanam modal asing dirasa semakin yakin dengan pemulihan pasar modal di Indonesia. Sehingga investor asing ditaksir tidak ragu untuk masuk ke pasar Tanah Air.
Ia menilai walau IHSG sempat terpukul beberapa kali, hal tersebut dikarenakan momentum yang melemahkan indeks. Seperti menunggu keputusan Bank Indonesia terkait suku bunga sebesar 3,5 persen dan masih bisa menstabilisasikan nilai tukar rupiah.
Riska berharap ke depan suku bunga yang rendah akan memberikan efek domino bagi perekonomian Indonesia.
[Gambas:Video CNN]
"Suku bunga yang rendah ke depan akan bisa membuat multiplier effect untuk semua sektor," kata Riska.
Dengan suku bunga yang rendah diperkirakan masyarakat akan berani untuk membelanjakan uangnya di beberapa sektor. Insentif pemerintah dalam berbagai bidang turut menjadi katalis positif yang bisa menangani pandemi dan diharapkan akan segera memulihkan ekonomi.
Dari sektor perbankan ia menilai harga sahamnya mengalami penurunan. Ini dikarenakan sisi kredit yang disalurkan masih minim dan belum mencapai target yang ditentukan.
Walau pemerintah telah gencar mendorong sektor ini untuk menyalurkan kredit, nampaknya perbankan masih cukup selektif dalam memberikan kreditnya. Riska menilai aksi ini wajar dilakukan karena perbankan khawatir adanya gelombang 3 pandemi covid-19 yang bisa saja terjadi.
Ia turut mengatakan right issue yang dikeluarkan perusahaan pemerintah sebesar Rp210 triliun menjadi warna baru bagi pasar modal. Pasalnya ini menjadi right issue terbesar sepanjang sejarah di Tanah Air.
Pekan ini, ia menyarankan para investor untuk tidak ketinggalan momentum mendapatkan saham-saham big caps atau emiten dengan kapitalisasi pasar yang besar. Saham itu antara lain, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), hingga PT Bank Central Asia Tbk (BBCA.)
Untuk emiten big caps lainnya seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), ia justru melihat ada potensi penurunan pada saham yang diprediksi akan menyentuh 3.800 pada pekan ini.
Sementara untuk kebijakan The Fed, Riska mengatakan tapering yang merupakan aksi pengurangan nilai pembelian aset tidak serupa dengan menaikkan suku bunga. Ia turut yakin investor asing masih optimis dengan pasar modal Indonesia.
Ia menyarankan agar para investor memperhatikan sejumlah aspek dalam membeli saham. Seperti saham dengan volatilitas yang tinggi dan kapitalisasi market yang rendah agar diwaspadai keberadaannya. Sehingga investor perlu memperhatikan tujuan awal dalam berinvestasi.
Dengan mempelajari fundamental perusahaan serta memaksimalkan batas cut loss yang baik menjadi saran yang tepat untuk mengurangi kerugian di pasar modal.
Namun di lain sisi, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan indeks berpeluang terkonsolidasi melemah dengan support di 6.059-6.117 dan resistance di posisi 6.163-6.200.
Beberapa saham yang direkomendasikan untuk dikoleksi pada awal pekan ini di antaranya ANTM yang diperkirakan akan menguat di posisi 2.280 hingga 2.340.
Sementara, terdapat beberapa saham yang disinyalir akan melemah seperti PT Bhakti Multi Artha Tbk (BHAT) pada posisi 795-810, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) pada posisi 615-635, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) pada posisi 770-800.